Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Anggrek Terbesar di Dunia Itu Mekar di Rumahku

22 April 2016   07:09 Diperbarui: 22 April 2016   16:52 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bunga Anggrek tebu (Dokpri)"][/caption]Coba tanyakan kepada para pencinta anggrek yang mengoleksi tanaman cantik ini, bagaimana caranya mereka membungakan anggrek terbesar di dunia ini. Susah banget. Maka ketika tanda kuncup bunga sudah muncul, tak terkira bahagianya saya.

Anggrek ini saya dapatkan dengan cara barter dengan tanaman yang saya miliki. Saat itu, saya memiliki pohon baobab (Adansonia digitata). Pohon eksotik yang biasanya tumbuh di Afrika dan Madagaskar. Teh Irma yang merupakan pencinta tanaman juga mengajak barter dengan anggrek tebu miliknya. Saya sendiri lupa kapan anggrek tebu ini menempati tempat yang sekarang ini. Yang jelas saya memeliharanya sudah bertahun tahun.

[caption caption="Anggrek Tebu yang mekar di rumah (Dokpri)"]

[/caption]Awal kedatangannya saya sangat rajin memberinya pupuk. Sangat rajin bahkan. Seminggu bisa saya kasih pupuk berkali-kali. Satu hal yang sebetulnya tak begitu direkomendasikan. Menurut teman saya, saat kebanyakan nutrisi, anggrek malah tak mau berbunga. Maklumlah, baru dapat koleksi berharga, jadi sedikit berlebihan dalam memperlakukannya. Setelah sekian lama, anggrek tebu itu tak begitu mendapat perhatian khusus. “Mau berbunga atau ndak yah biarin saja,” pikirku.

Ternyata tanpa perhatian khusus itu, anggrek tebu ini malah mengeluarkan kuncupnya. Awal maret 2016, saya melihat tunas bakal bunganya. Awal april 2016 bunganya kuncup sempurna. Sebulan adalah waktu kuncup yang cukup lama untuk anggrek spesies. 20 april 2016, saat saya menuliskan artikel ini satu persatu bunganya layu.

Jenis Anggrek Tebu
Jelaslah anggrek raksasa ini adalah kekayaan alam Indonesia yang luar biasa. Kekayaan ini menjadi pelengkap atas kenyataan bahwa anggrek terkecil di dunia juga berasal dari Indonesia. Di dunia ini diperkirakan tumbuh 20000 jenis anggrek. 5000 di antaranya tumbuh dengan baik dan subur di Indonesia.

Orang menyebut anggrek ini dengan nama anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) karena batangnya yang besar menyerupai tebu. Anggrek ini merupakan anggrek terbesar, paling besar dan paling berat di antara jenis-jenis anggrek lainnya. Di habitat aslinya satu rumpun dewasa, anggrek tebu dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan mempunyai panjang malai hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya tanaman ini layak menyandang predikat sebagai anggrek terbesar dan terberat atau anggrek raksasa.

[caption caption="Berpose dengan anggrek tebu di rumah gubernur Kalteng (Dokpri)"]

[/caption]Sebaran pertumbuhan anggrek tebu tersebar secara alami mulai dari Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Malaysia, Indonesia, hingga New Guinea. Di Indonesia anggrek tebu tersebar mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Bunga anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) berwarna kuning dengan totol berwarna coklat, merah atau merah kehitam-hitaman. Menurut teman-teman pencinta anggrek, tiap daerah memiliki postur bunga dan juga postur batang yang berbeda-beda. Saya sendiri kesulitan membedakan dari bunga dan batangnya. Di habitatnya, anggrek ini memerlukan intensitas cahaya langsung. Makanya anggrek tebu biasa tumbuh di pohon-pohon besar dan tinggi.

[caption caption="Anggrek tebu in situ (Mongabay)"]

[/caption]Anggrek tebu termasuk anggrek yang dilindungi sudah sangat langka di Indonesia. Kelangkaan ini dipicu oleh minat pencinta anggrek yang besar, perambahan hutan dan juga lambatnya pertumbuhan anggrek. Kelangkaan dari anggrek tebu, saat ini menjadikanya sebagai salah satu tanaman yang dilindungi di Indonesia.

Bersyukur, teman-teman pencinta anggrek sudah mulai mengembangbiakkan anggrek jenis ini, baik melalui pemisahan (split) ataupun yang sudah menggunakan teknologi kultur jaringan. Nah, dengan demikian pencinta anggrek dapat membelinya dari hasil penangkaran bukan dari cabutan. Tapi harus sabar ya menunggu tumbuhnya apalagi bunganya. (Dimuat juga di Fxmuchtar.com)

[caption caption="Kultur jaringan, salah satu jalan untuk menyelamatkan anggrek (Koleksi: Agus Hanafi)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun