Sumber Ilustrasi: intisari-online.com
Tangannya dengan lincah memainkan kecapi dengan suara yang sangat unik dan berbeda dari kecapi biasanya. Dengan cepat dia mengambil sebuah alat musik yang dinamakan suara gelombang Tsunami. Bunyi gelombang ombak menderu-deru dari alat musik unik itu.
Tak lama berselang, masuklah anak-anak usia enam hingga belasan tahun berjajar rapi. Semuanya memegang alat-alat musik unik buatan sendiri. Orang yang tadi memetik kecapi dan memainkan alat musik sunami kemudian memimpin mereka.
Ajaib, dari alat-alat musik sederhana buatan anak-anak itu mengalirlah simphoni semesta. Malam itu, di bawah rembulan yang terang benderang bersahut-sahutan suara suara unik menghipnotis kami yang menonton. Alunan musik berhenti berganti dengan gemuruh tepuk tangan.
Pemimpin simponi itu membungkuk memberi hormat. Kemudian turunlah Pak Sunaryo, penggagas acara itu memperkenalkan Sang Maestro itu. Dodong Kodir namanya. Kesibukannya memang menggauli musik. Yang unik musik yang diciptakannya semua berasal dari sampah.
Acara pementasan alat musik sampah, merupakan rangkaian dari workshop alat musik sampah Yang dibuat oleh Selasar Sunaryo. Sekitar 30-an anak berusaha mencipta alat musik sendiri. Keponakan saya membuat karinding dari sikat gigi dan kaca mata. Yang satu lagi membuat kesrekan dari sisir dan kaleng bekas.
Mungkin begitulah caranya mencintai alam semesta yang menurutnya adalah simfoni akbar dari yang Maha Akbar. Menurutnya alam ini sangat kaya dengan bunyi-bunyian. Oleh karena Dodong Kodir berupaya menciptakan berbagai suara yang tak bisa diciptakan oleh alat musik biasa.
Abah Dongko, -demikian dipanggil oleh anak-anak, mendaur ulang sendiri sampah-sampah yang ada. Sampah yang tadinya tak dipandang, kemudian dijadikan alat musik. Suara yang dihasilkannya pun unik unik. Misalnya, gelegar halilintar, tornado, tsunami, gemuruh longsor, dan bunyi alam lainnya.
Abah Dongko, tinggal di Cisitu Lama Bandung, (ternyata juga adalah teman dari kakak dan paman-paman saya. Teman bermain yang paling dikenalnya adalah Kang Ganjar (mantan rektor Unpad)), juga memberikan nama-nama unik pada alat musik ciptaannya. Misalnya, untuk alat musik bass buatannya ia beri nama “Bassdong”. Ada juga “Alodong” alias “Alat Petik Dodong”, kemudian “Tornadong” yang bisa menghasilkan bunyi gemuruh tornado.
Keunikan itulah kemudian melahirkan berbagai apresiasi di dalam dan luar negeri. Dan malam itu (uni 2011) Dodong Kodir bersama dengan anak-anak membawa bukti bahwa sampah adalah bagian dari simfoni semesta Yang menakjubkan
Setelah berlalu sekian tahun berlalu, rindu juga mendengar simfoni suara alam Abah Dongko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H