Mesjid ini tak sengaja saya kunjungi. Saat itu kami sedang pulang dari Malang menuju Surabaya sementara waktu dzuhur sudah berlalu beberapa saat. Supir yang sekaligus menjadi pemandu wisata menyarankan untuk shalat di mesjid ini. Dia bilang, “mending nanti shalatnya di mesjid yang unik. Jadi bisa sekalian menikmati keindahannya”. Saat itu saya tak bisa mengomentari tentang mesjid ini. Toh tak tahu apa-apa.
Saat mobil masuk ke pelataran parkir yang luas, saya betul-betul terpana. Pertama, bangunan mesjid ini sangat berbeda dengan mesjid lainnya. Jika mesjid lain gayanya ke-arab-araban, mesjid ini bergaya Tiongkok.
Warnanya juga sangat berani, merah menyala dipadu dengan warna hijau dan kuning keemasan, mengingatkan kita pada kelenteng-kelenteng. Konon mesjid ini adalah kembaran dari mesjid sejenis yang berada di Surabaya.
Keunikan mesjid Cheng Hoo ini terlihat juga dari padu padan budaya Tiongkok dengan jawa. Salah satu persamaan dari unsur cina dan jawa adalah pada atap Joglo-nya dan juga pada ornamen – ornamen yang terlihat pada tepian atap. Motif-motif Tiongkok berwarna kuning keemasan menjadi nuansa tersendiri saat memasuki mesjid ini.
Mesjid ini dinamai Mohammad Cheng Hoo yang merupakan laksamana terkenal asal Tiongkok yang melakukan ekspedisi bersejarah pada 1404-1443. Saat ekspedisi itu, Cheng Hoo alias Zheng He alias Sam Pok Kong waktu itu memimpin sedikitnya 300 kapal dengan 27 ribu pelaut ke Asia Selatan, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika. Perjalanan itupun dimanfaatkan oleh Muhammad Cheng Hoo untuk menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat.
Pengaruh dari laksamana ini melampaui batas-batas agama. Laksamana Cheng Hoo sangat dihormati, bukan saja oleh muslim Tionghoa, tapi warga Tionghoa umumnya. Namanya kemudian diabadikan di mesjid ini.
Mesjid seluas 50 x 50 m itu mulai dibangun pada tahun 2003. Masjid bertingkat dua ini memiliki beberapa fasilitas pendukung seperti fasilitas Perpustakaan dan aula sebagai tempat berlangsungnya even-even keagamaan seperti akad nikah, belajar mengaji, dan sebagainya. Restauran, berbagai kios menjual aneka souvenir dan makanan juga dapat ditemui di mesjid unik ini. Pembangunan mesjid selesai dan diresmikan pada tanggal 27 Juni 2008 oleh Bupati Pasuruan yang pada saat itu dijabat oleh H.Jusbakir Aldjufri, SH. MM.
Mengunjungi Mesjid Cheng Hoo di Pandaan ini menjadi pengaya pengalaman yang tak bisa saya lupakan. Letaknya yang sangat starategis dantidak jauh dari terminal Pandaan juga membuat akses mesjid sangat mudah dijangkau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H