Perjalanan kampanye yang jauh sepadan dengan yang saya dapat. Saya bisa mendampingi Ustad Jalal dalam perjalanan itu dan bisa melihat tempat-tempat yang belum saya lihat. Bandung Raya adalah anugrah ilahi yang sangat berharga. Tempat yang jutaan tahun lalu terendam air sekarang merupakan sebuah kota yang menggeliat dengan berbagai masalahnya. Peninggalan dan bukti bekas danau masih bisa disaksikan sampai kini. Dan dalam perjalanan itu saya melihat beberapa keindahan yang membuat banyak orang terkesima. Brouwer, seorang penulis Belanda menulis, ‘Tuhan menciptakan alam parahyangan tatkala Dia tersenyum’, dan hari itu aku banyak melihat senyum Tuhan. Dari Kiara Condong, kami menuju tol Buah Batu. Berjalan beriringan menuju kawasan Tagog Apu. Di dekat situ kita akan melewati sebuah situ (danau) yang sangat terkenal karena sebuah lagu sunda mengambil seting tempat itu, “Situ Ciburuy laukna hese dipancing,nyeredet hate ningali ngeplak caina…”
Situ Ciburuy (http://geogeografi.blogspot.com) Keindahan danau dan pulau di tengahnya (lengkap dengan mitos-mitos yang menyertainya) membuat situ ini teristimewa. Banyak yang datang mengunjunginya untuk sekedar melihat atau memang percaya kepada mitos-mitos itu. Namun hari itu saya hanya bisa melihatnya dari kendaraan karena masih mengikuti konvoi. Situ Ciburuy terletak di kawasan karst Citatah, Rajamandala. Sebuah tempat berharga namun di ambang kehancuran. Di Kawasan ini, ditemukan kerangka manusia Sunda purba di Gua Pawon. Menurut yang saya baca, kerangka manusia Pawon adalah yang pertama kali ditemukan di Jawa Barat. Di kawasan Citatah yang berbukit kapur ini juga bisa ditemui fosil-fosil yang menjadi bukti bahwa kawasan Bandung ini pernah berada di bawah air. Dapat ditemukan pula sebuah kawasan berbatu yang dikenal dengan stone garden. Pokoknya eksotik banget deh. Kata Narasumber Geotrek saya, tempat itu seperti Yosemite National Park-nya Amerika. Sayang, kekayaan alam itu semakin hari semakin terpojokan karena maraknya penambangan kapur dan marmer untuk keperluan industri. Kawasan Citatah Rajamandala sendiri terkait erat dengan legenda Sangkuriang. Tatkala Sangkuriang marah karena janji untuk membuat sebuah perahu dalam semalam tak bisa dipenuhinya maka dia menendang perahu yang hampir jadi. Inilah cikal bakal Gunung Tangkuban Parahu. Kawasan Karst Citatah (otografius.wordpress.com) Tak berhenti di situ Sangkurian mengejar Dayang Sumbi yang tak lain adalah ibunya, hingga ke Ujung Berung sambil menendangi apa yang ditemuinya. Ditendanglah pawon (dapur),leuit (lumbung), pabeasan (tempat beras), hawu(perapian) dan kancahnangkub (wajan). Alat-alat dapur itu terlempat ke sana kemari dan menjadi gunung atau pasir (bukit) dan kemudian terabadikan menjadi nama tempat di daerah Ci Tatah. Saya tak terbayang kalau Sangkuriang marah pada zaman ini, mungkin kita akan menemukan tempat dengan merek sebuah gadget terkenal karena yang ditendang sangkuriang adalah laptop, netbook, smartphone, dengan berbagai merek asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya