[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Kebun kangkung hidroponik (dokpri)"][/caption] Kemandirian adalah sebuah cita-cita luhur yang mesti mendapat dukungan dari berbagai pihak. Berdiri di atas kaki sendiri dan memenuhi kebutuhan sendiri adalah sebuah perjuangan panjang yang tak mudah. Bangsa Indonesia yang sudah merdeka puluhan tahun saja masih kesulitan untuk mewujudkan satu cita-cita pendiri bangsa ini.
Karakter pesantren di awal masa pembentukannya sebetulnya sangat kental dengan corak kemandirian ini. Lihat saja bagaimana pesantren-pesantren didirikan. Mereka berdiri dengan dana yang didapat dari hasil sumbangan masyarakat tanpa melibatkan pemerintah sedikitpun.
Biasanya juga, para santri yang belajar di pesantren tak dipungut biaya. Agar mereka bisa tetap survive maka cara termudah adalah dengan berjualan atau menggarap tanah milik kiyainya. Dari hasil garapan tanah itulah para santri kemudian hidup dan terus belajar.
Saat ini, corak pesantren seperti itu tidaklah banyak. Pesantren-pesantren masa kini (kebanyakan) Â lebih bertumpu pada pembayaran dari siswa dan bantuan dari pemerintah. Pesantren Babussalam Bandung pun demikian. Di pesantren yang juga terdapat 50 orang siswa yang ditanggung secara penuh dalam program beasiswa. Saya termasuk salah satu pengurusnya.
[caption id="" align="aligncenter" width="556" caption="Bersama Para Santri membuat Kangkung Hidroponik (Dokpri)"][/caption] Saya sangat menginginkan para santri yang berjumlah 50 orang itu diajarkan juga etos bekerja, berkebun hingga kewirausahaan. Dalam hal ini saya merencanakan untuk membuat sebuah gerakan santri mandiri dengan membuat kebun cabe/cengek hidroponik.
Aspek pertanian dipilih dengan tujuan agar pesantren bisa memenuhi kebutuhan hariannya dari hasil usaha yang dilakukan oleh para santri. Santri juga bisa mendapatkan pendapatan tambahan untuk menunjang kehidupan hariannya dari hasil usaha yang dilakukan.
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan dapurnya, pesantren mesti membeli dari pasar. Harapannya, Gerakan Santri Mandiri ini bisa memenuhi beberapa kebutuhannya sendiri.
Dijatuhkannya pilihan pada hidroponik juga dengan beberapa alasan. Hidroponik sebagai salah satu metode berkebun sudah dikenal dengan proses penanaman tanpa menggunakan tanah. Hidroponik juga dikenal dengan berbagai kelebihan.
- Tidak perlu mengolah tanah.
- Tidak perlu lahan yang luas.
- Tidak direpotkan dengan gulma.
- Hasil yang lebih bersih dan berkualitas.
- mudah pemeliharaannya.
- Media berlatih para siswa dalam wira usaha
Dengan menggunakan teknik berkebun secara hidroponik, maka siswa dapat digilir untuk mengawasi tanaman yang sedang ditanam. Dengan bergiliran maka tak memerlukan waktu dan orang yang banyak.
jika roda-roda usaha ini sudah berputar, dan kebutuhan pesantren dapat dipenuhi oleh hasil kebun dan usaha yang dilakukan oleh para santri maka tangga kemandirian sudah sedikit tercapai. Semoga
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Panen sawi dari kebun hidroponik (Dokpri)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H