Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Subsidi BBM bukan Sedekah Pemerintah

30 Desember 2014   20:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Senin kemarin 29 Desember 2014 Tim Anti-Mafia Migas kabarnya sudah menyelesaikan draft rekomendasi soal BBM, kali ini mengenai Petral. Banyak orang menunggu - nunggu rekomendasi itu dibuka untuk publik. Termasuk beberapa teman - teman saya yang bertanya komentar saya mengenai rekomendasi yang pertama.

Secara ilmu ekonomi yang saya miliki saat ini rekomendasi pertama seperti dilakukan oleh orang yang tidak mengerti dasar - dasar bagaimana hukum ekonomi harus berjalan.

1. Ide subsidi tetap (disebut misalkan Rp.500,-) perliter untuk Pertamax 92

Tim ini tidak berani memberi angka difinitif, harusnya sebagai tim yang diberi mandat memberi rekomendasi tegas menunjukkan besaran angka atau prosentase atau besaran lain yang sifatnya terukur beserta kondisi - kondisi batasannya. Sehingga tidak terkesan anga Rp.500,- hanya asal diucapkan tanpa dasar perhitungan dan test atau simulasi. Sungguh lucu jika tim bekerja berdasar perasaan bukan data dan fakta yang diolah.

SUBSIDI TETAP, subsidi bukanlah sedekah pemerintah pada pemakai BBM. Subsidi di era ekonomi modern adalah cara pemerintah melindungi stabilitas ekonomi nasional dari pengaruh buruk pasar bebas global. Fluktuasi harga yang disebabkan pasar bebas saat ini terbukti telah memukul bukan saja lembaga keuangan sekelas Merryl Lynch, tapi juga negara - negara eropa dengan struktur konsumsi yang tidak normal.

Bagaimana jika pasar dan produksi domestik kita dibiarkan terbuka langsung dengan dinamika spekulasi global. Maka ekonomi akan jumpalitan, pabrik - pabrik akan kesulitan membuat forecast, sementara pedagang kesulitan menentukan harga dan konsumen langsung mengerem belanjaannya. Spekulasi justru makin bertambah ramai dengan volume ekonomi mengecil. Itu artinya potensi krisis membesar.

Ide subsidi tetap benar - benar ide BODOH. Jika tim mafia migas ini tidak paham SUBSIDI TETAP apa dampaknya belajar lagilah apa peran BULOG. Bulog itu membeli saat harga turun, menjual saat harga naik. Tujuannya supaya ekonomi nasional tidak goncang, saat beras naik harga tidak terlalu melonjak, saat panen petani tidak dirugikan.

Di negara liberal diharamkan pemerintah mengintervensi harga sehingga merusak mekanisme pasar. lha kita ini bukan liberal, kita mirip India dan China. Kenapa mesti memenjarakan diri seolah - olah liberal? Benar - benar konyol! Padahal terbukti pure liberal yang banyak rontok saat krisis global.

Subsidi tetap juga tidak mencerminkan distribusi kemakmuran. Pemilik Motor dengan konsumsi bensin 1 liter per hari diberi sedekah Rp.500,- sedangkan pemilik mercy dengan bensin 30 litter sehari diberi sedekah 30xRp.500,- = Rp.15.000,-

2. Mengganti Premium 88 dengan Pertamax92 dalam waktu 3 bulan.

Kalau bisa ini akan sangat bagus, tetapi ketimbang nada optimis, rekomendasi tersebut lebih mencerminkan ketidaktahuan bagaimana industri dan trading internasional berjalan. Import BBM bukan seperti beli gula di warung, asal bawa uang, pulang bisa langsung nenteng gula. Ganti Premium ke pertamax juga bukan soal seduh kopi atau teh karena air diteko isinya sama. Ada jeda waktu kontrak pembelian, pengiriman, pemrosesan, penyimpanan, distribusi dan kontrak - kontrak yang sudah berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun