Akibat beras naik tajam, pedagang beras justru dibuat was - was. Mungkin nanti atau besok akan datang petugas negara, kemudian menuduh menimbun beras. Mau tak mau pedagang harus menyiapkan uang negosiasi supaya dagangannya tidak dianggap timbunan ilegal.
Kedatangan petugas negara tersebut setidaknya dipicu pernyataan presiden bahwa harga beras dimainkan pedagang besar. Namanya pedagang kalau tidak punya stok atau timbunan barang dagangan ya namanya calo. Cuma modal mulut doang jual barang milik orang lain. he he bagaimana tuan, enak ya jadi presiden?
Kalau benar harga beras naik karena ditimbun pedagang, bagaimana dengan kelangkaan elpiji dan kenaikkan elpiji secara diam - diam? Bukankah elpiji itu yang jual dan distribusikan pemerintah lewat Pertamina? Apakah pemerintah sengaja menimbun elpiji supaya ada alasan harganya dinaikkan?
Bagaimana juga dengan dollar yang makin mahal? apakah karena ada pedagang yang menimbun dollar? he he.
Mekanisme pasar itu tidak pernah bohong, harga itu merepresentasikan semua kombinasi fundamental yang ada. Tidak mungkin dollar naik jika ekonomi kita menguat. Dollar naik karena bank melihat kita perlu banyak dollar untuk mengimpor bermacam barang dari luar negeri. Hukum supply dan deman adalah mekanisme pasar, menjadi lucu jika diberikan pendekatan kekerasan dan kekuatan aparat.
Dari sejak kampanye pilgub DKI, beliau ini memang terkenal suka menunjukkan jarinya pada orang lain. Benahi dulu aparat anda mas presiden.
Bagaimana anda menjelaskan nasib beras busuk itu jika tidak ada operasi pasar, om presiden? Apakah beras busuk itu tiap hari bertambah dan akhirnya dibuang begitu saja? Berapa ribu ton tiap tahun beras Bulog itu sebetulnya membusuk di gudang Bulog? Sementara rakyat ga punya beras di rumah. Negara malah menimbun beras sampai busuk di gudang - gudang Bulog. Jadi sebenarnya siapa yang bikin beras naik? Pedagang grosir apa Bulog?
Boro - boro membenahi manajemen Bulog, pemerintah melalui APBN2015 malah memberi PMN (Penyertaan Modal Negara) sampai triyunan rupiah. Saya tidak tahu apakah uang itu benar2 diperlukan Bulog atau sekedar mampir sebentar untuk dijadikan bancakan para koruptor. Yang saya tahu, biaya kampanye presiden itu mahal, he he.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H