Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mengapa BTN Sebaiknya Diakusisi Bank Mandiri

4 Mei 2014   15:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri BUMN Dahlan Iskan ngotot untuk melakukan akusisi BTN oleh Bank Mandiri. Bahkan dengan heroik berani pasang badan menghadapi ancaman dipidanakan anggota DPR dan serikat buruh BTN. Pada akhirnya segala upaya Dahlan Iskan untuk meng-goal kan akusisi BTN oleh Bank Mandiri berhenti seketika tatkala presiden SBY memerintahkan menghentikan proses akusisi sampai pemerintah baru terbentuk.

Anti klimak yang menyedihkan. Di satu sisi Dahlan Iskan melihat akusisi harus cepat di lakukan, disisi lain situasi politik saat pemilu tidak memungkinkan pemerintah mengambil langkah strategis jangka panjang.

Benarkah saat ini tidak boleh dilakukan kebijakan mendasar? Atau ini hanya langkah politis aman untuk menghindari serangan politik seolah proses akusisi nantinya dibelokkan untuk mendapat dana pilpres 2014? Langkah aman tersebut mungkin di ambil mengingat dua kasus Century dan Hambalang yang kemudian menjadi bola liar dengan banyak tafsir.

Kasus Century, saya sudah pernah menulisnya di kompasiana sampai 5 artikel. Sederhananya Bank Dunia tidak akan gegabah memakai jasa Sri Mulyani jika beliau melakukan blunder di Indonesia. Bank Dunia bukanlah lembaga non profit, kepemilikannya pun bukan monopoly satu dua negara. Jadi mustahil memberi jabatan strategis pada orang yang dianggap gagal dengan resiko merugikan pemegang saham.

Hambalang, jika mengikuti persidangannya, memang sangat kasat mata ada aliran - aliran uang haram di dalamnya.

Dua isu besar besar tersebut memang potensial di elaborasi untuk menempatkan akusisi BTN oleh Bank Mandiri sebagai sasaran tembak lawan politik. Begitulah politik selalu ada ruang abu - abu yang bisa digunakan untuk melakukan serangan politik tanpa memikirkan nasib bangsa. Di era demokrasi setiap orang bisa mensuarakan opini sekaligus fitnah di wilayah abu - abu dan sulit dianggap sebagai tindak kriminal.

Akusisi Menghadapi AFTA

Bank BTN adalah bank spesifik yang mempunyai pengalaman dan expertise di bidang kredit perumahan. Keunggulan tersebut akan sangat berguna menghadapi AFTA 2015 dimana, perbankan dari ASEAN akan diperlakukan sama dan diizinkan beroperasi secara penuh di wilayah Indonesia tanpa hambatan tarif dan pangsa pasar.

Artinya setelah 2015, BTN akan bertarung secara langsung di pasar domestik melawan perbankan Singapura yang memiliki aset besar dan infrastruktur yang lebih modern. Singapura adalah salah satu pusat keuangan dunia. Perbankan Singapura bukan hanya bank yang dimiliki pemerintah Singapura, tetapi perbankan kelas dunia yang beroperasi dengan kepemilikan penuh kantor pusatnya.

Sistem perbankan di Singapura lebih liberal dibanding sistem perbankan di Indonesia soal kepemilikan. Bank - bank di Singapura sesungguhnya pemain dunia dengan baju Singapura. Sebagai pusat keuangan dunia tentu saja bunga bank atau biaya modal di Singapura selalu lebih rendah di banding bunga bank di Indonesia. Dana yang di transfer secara internal bank tersebut, tentu akan menciptakan dana murah di pasar Indonesia. Tentu saja itu menjadi ancaman serius bagi perbankan di Indonesia.

Sektor Perumahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun