Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hore... Subsidi Listrik Dicabut

2 November 2015   05:59 Diperbarui: 2 November 2015   07:28 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemerintah berencana mencabut subsidi listrik 450kVA dan 900kVA, apakah ini berita buruk? Tentu saja berita bagus, karena Pak Jokowi tentu sudah berpikir panjang.

Secara perhitungan pelanggan dengan daya 900kVA sulit memasang AC dirumahnya, kalaupun bisa mungkin yang 1/2PK atau maksimal 3/4PK. Jika pelanggan hanya memiliki daya 450kVA maka dia hanya bisa memilih antara menyalakan setrikaan atau pompa air. Gambaran diatas menunjukkan bahwa pelanggan dengan daya 900kVA dan 450kVA memang layak disebut kurang mampu. Apakah masyarakat yang kurang beruntung ini layak dicabut subsidinya? Tentu jawabannya akan sangat beragam, mulai dari yang tidak setuju sampai dengan yang sangat setuju dengan berdalih kita perlu berkorban demi pembangunan INFRASTRUKTUR. Walaupun kita tahu rakyat juga tidak mengerti apa itu infrastruktur, juga tidak mengerti bahwa sebenarnya INFRASTRUKTUR yang dijadikaan kambing hitam ternyata dibiayai dari UTANG BARU.

SISI BAIKNYA

Pencabutan Subsidi Listrik ini sebenarnya membukakan hati kita, siapa sebenarnya dia yang mengaku wong cilik dan nawacitanya. Tidak dapat dipungkiri kemenangan Pak Presiden dalam Pilpres kemarin secara dramatis dan beda tipis didapat karena bantuan wong cilik, kelompok masyarakat yang merindukan datangnya RATU ADIL, masyarakat melankolis yang mudah iba melihat calon pemimpin yang kurus kering, masyarakat yang punya dendam sosial. Tetapi itulah politik, semua janji dan sandiwara itu harus berakhir, bukan karena tidak mau menjadi idola lagi, tetapi tagihan kwitansi biaya kampanye PILPRES kemarin harus dibayar. Janji hanyalah janji, waktu satu tahun cukuplah untuk menahan diri dari nafsu angkara, sudah waktunya pada tahun ke 2, 3 dan 4 menunjukkan muka aslinya.

Pak Jokowi Tidak Salah

Pak Jokowi hanyalah satu orang yang bersih hatinya diantara serigala - serigala lapar. apa daya beliau menghadapi sulitnya perekonomian Indonesia saat ini. Beliau sudah blusukan, sudah berkali kali mengunjungi hutan yang terbakar, bahkan sampai ke Amerika demi kesejahteraan rakyatnya. Bahkan pemikiran orisinil beliaulah yang memunculkan ide kanalisasi lahan gambut untuk mengatasi kebakaran hutan. Betapa hebatnya Pak Jokowi kita, kemana ribuan insinyur kehutanan dan pertanian negeri ini. Betapa Pak Jokowi tidak saja tangkas membagi kartu miskin, tetapi juga hebat dan kemampuan teknis insinyurnya.

Mengenai leadership, memang benar Pak Jokowi itu presiden, tetapi beliau itu orang yang panjang sabar, low profile tidak memburu kekuasaan dan jabatan. Jadi ketika para menteri berantem, beliau cukup mengelus dada, karena tidak ingin tambah ribut. Ketika konggres PDIP di Bali pun beliau rela mengambil peran pengawal bagi Ibu Megawati Soekarno Putri. Mungkin bagi Beliau jabatan hanya amanah, bukan sesuatu yang wajib dipertahankan toh itu cuma titipan, tunduk pada pimpinan partai jauh lebih membahagiakan, budaya adi luhung, dimana kacang tidak lupa kulitnya, begitu juga Pak Jokowi tidak Lupa pada PDIP karena mustahil beliau jadi presiden jika tidak di calonkan oleh Ibu Mega.

Golkar pun Akhirnya Bergabung

Dunia ini hanya panggung sandiwara? mungkin iya. Tetapi siapa sih yang mau selalu dicitrakan negatif? Pak Jokowi dengan jiwa besarnya akhirnya berkolaborasi dengan Golkar, beliau juga tidak terbakar dengan dendam pribadi, apapun kata orang yang jelek tentang Pak Ical dan Golkar beliau abaikan. Mungkin ini sesuai dengan prinsip persepsi sama didepan hukum.

Demo bukan Solusi

Anda boleh berpikir Pak Jokowi sudah berubah atau merasa tertipu, tetapi itu hanya persepsi anda. Anda tidak boleh protes, membuat meme atau tulisan yang menghina. Ini sesuai edaran kapolri bahwa menghardik presiden bisa dibui. Jika ada yang tidak setuju, tentu ada wadahnya sendiri di pemilu 4 tahun lagi. Jadi nikmati saja yang sekarang, toh nanti menjelang Pemilu orang - orang itu akan sadar dengan sendirinya. Mereka akan kembali berhati malaikat, anda akan dimanjakan dengan hujan beras miskin, buku tulis, kartu miskin, sepeda dan lain - lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun