[caption id="attachment_302076" align="aligncenter" width="649" caption="Service Mesin Buldozer, sparepart lokalpun sebagian ada di Asemreges Jkt, Sumber : Dokumen Pribadi"][/caption] Setahun yang lalu saat pembangunan, finishing dan percobaan produksi pertama pabrik baru Toyota di KIIC karawang, berkali - kali saya kesana. Demikian juga pabrik baru Nissan di Kawasan Bukit Indah Cikampek, dan beberapa perusahaan otomotif di Bekasi. Saya tidak menceritakan spesifikasi detail didalam line produksi mereka, karena etika itu sifatnya confidential masing - masing pabrik. Tetapi yang saya mau tekankan. Bahwa manufacturing industri otomotif di Indonesia saat ini sudah cukup lengkap. Pembuatan Body mobil (tanpa chasis, mobil pribadi sekarang rata - rata monocoque alias tanpa chasis), dilakukan sepenuhnya di Indonesia. Mulai dari moulding, welding, rinsing, coating dan painting. Beberapa tipe mesinpun di assembly di Indonesia. Mereka sudah punya instalasi dynotest untuk mengkalibrasi dan mencek perfoma mesin. Lampu, rem, kopling, ban velg, accu, jok pun di pasok oleh supplier dalam negeri, Beberapa komponen mesinpun di pasok dari dalam negeri. Sedangkan sistem komputer mobil dan beberapa komponen mesin tetap didatangkan dari Jepang. Itu hal yang logis. Hampir tidak mungkin jika 0% komponen dari Jepang. Karena itu berhubungan dengan hak cipta dan strategi dagang. Hal yang sama dilakukan pabrikan Jepang, bahkan yang melakukan manufactur di negara maju macam AS pun. Memang fakta seperti ini, pabrikan pun tidak mempublikasikannya. Ini memang seperti pilihan sulit. Di satu sisi ingin melindungi kerahasiaan sistem produksi pabrikan di sisi lain penting untuk menghilangkan persepsi kandungan lokal hanya akal akalan. Walaupun saya tahu jauh lebih detail, sayapun hanya menyebut secara umum, untuk menghindari pelanggaran etika soal informasi kerahasiaan perusahaan. Setidaknya disini saya mau informasikan bahwa dengan makin besarnya kandungan lokal berarti transfer teknologi itu bukan isapan jempol. Indiapun tidak akan bisa membuat Tata jika sebelumnya tidak menjadi basis produksi pabrikan global. Dengan menjadi basis produksi pabrikan global dengan kandungan lokal tinggi akan mempermudah lahirnya merek nasional. Memang kita bisa memilih mencontek India atau Thailand. India memang mempunyai merek nasional tetapi basis produksinya tidak sebesar Thaliand. Sedangkan Thailand tidak mempunyai merek nasional. Tetapi mobil - mobil mewah sekelas sedan dan SUV sudah di produksi di Thailand dan diekspor. Malaysia dengan protonnya mungkin bukan pilihan bagus untuk di contoh. Walaupun sudah bekerja sama dengan Mitsubishi dan membeli Lotus dari Inggris, tetapi pangsa pasarnya hanya sebatas dalam negeri saja. Jadi mumpung Malaysia terjebak dengan proyek Protonnya, kita bisa mengikuti jejak Thailand tanpa pesaing berarti dari negara tetangga. Atau apakah pembaca ingin kita mengikuti jejak Malaysia dengan proyek mobnas Protonnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H