Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Money

80% Kandungan Lokal LCGC Benarkah?

29 Desember 2013   14:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:23 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_302076" align="aligncenter" width="649" caption="Service Mesin Buldozer, sparepart lokalpun sebagian ada di Asemreges Jkt, Sumber : Dokumen Pribadi"][/caption] Setahun yang lalu saat pembangunan, finishing dan percobaan produksi pertama pabrik baru Toyota di KIIC karawang, berkali - kali saya kesana. Demikian juga pabrik baru Nissan di Kawasan Bukit Indah Cikampek, dan beberapa perusahaan otomotif di Bekasi. Saya tidak menceritakan spesifikasi detail didalam line produksi mereka, karena etika itu sifatnya confidential masing - masing pabrik. Tetapi yang saya mau tekankan. Bahwa manufacturing industri otomotif di Indonesia saat ini sudah cukup lengkap. Pembuatan Body mobil (tanpa chasis, mobil pribadi sekarang rata - rata monocoque alias tanpa chasis), dilakukan sepenuhnya di Indonesia. Mulai dari moulding, welding, rinsing, coating dan painting. Beberapa tipe mesinpun di assembly di Indonesia. Mereka sudah punya instalasi dynotest untuk mengkalibrasi dan mencek perfoma mesin. Lampu, rem, kopling, ban velg, accu, jok pun di pasok oleh supplier dalam negeri, Beberapa komponen mesinpun di pasok dari dalam negeri. Sedangkan sistem komputer mobil dan beberapa komponen mesin tetap didatangkan dari Jepang. Itu hal yang logis. Hampir tidak mungkin jika 0% komponen dari Jepang. Karena itu berhubungan dengan hak cipta dan strategi dagang. Hal yang sama dilakukan pabrikan Jepang, bahkan yang melakukan manufactur di negara maju macam AS pun. Memang fakta seperti ini, pabrikan pun tidak mempublikasikannya. Ini memang seperti pilihan sulit. Di satu sisi ingin melindungi kerahasiaan sistem produksi pabrikan di sisi lain penting untuk menghilangkan persepsi kandungan lokal hanya akal akalan. Walaupun saya tahu jauh lebih detail, sayapun hanya menyebut secara umum, untuk menghindari pelanggaran etika soal informasi kerahasiaan perusahaan. Setidaknya disini saya mau informasikan bahwa dengan makin besarnya kandungan lokal berarti transfer teknologi itu bukan isapan jempol. Indiapun tidak akan bisa membuat Tata jika sebelumnya tidak menjadi basis produksi pabrikan global. Dengan menjadi basis produksi pabrikan global dengan kandungan lokal tinggi akan mempermudah lahirnya merek nasional. Memang kita bisa memilih mencontek India atau Thailand. India memang mempunyai merek nasional tetapi basis produksinya tidak sebesar Thaliand. Sedangkan Thailand tidak mempunyai merek nasional. Tetapi mobil - mobil mewah sekelas sedan dan SUV sudah di produksi di Thailand dan diekspor. Malaysia dengan protonnya mungkin bukan pilihan bagus untuk di contoh. Walaupun sudah bekerja sama dengan Mitsubishi dan membeli Lotus dari Inggris, tetapi pangsa pasarnya hanya sebatas dalam negeri saja. Jadi mumpung Malaysia terjebak dengan proyek Protonnya, kita bisa mengikuti jejak Thailand tanpa pesaing berarti dari negara tetangga. Atau apakah pembaca ingin kita mengikuti jejak Malaysia dengan proyek mobnas Protonnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun