Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sudah Seharusnya Partai Politik Dibiayai Negara

10 Maret 2015   11:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:54 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam negara demokrasi partai politik adalah instrumen utama. Tidak ada demokrasi tanpa partai politik. Sama dengan tidak ada Liga Champion Eropa tanpa klub sepakbola. Tidak ada gelar tinju dunia tanpa ada petinjunya. Setiap tim yang tampil di liga Champion otomatis mendapat bagian finansial sesuai dengan capaian prestasi. Begitu juga seorang petinju, menang atau kalah akan tetap mendapat bayaran sesuai kontrak.

Kita sering mengeluh partai politik tersandra oleh figur figur tertentu yang mengandalkan uang dan riwayat keluarga. Politik uang menjadi marak karena tidak mungkin menjalankan partai tanpa pemodal kuat. Akhirnya lingkaran setanpun terbentuk. Partai politik menjadi obyek investasi. Orang orang kaya membiayai partai politik untuk kemudian menangguk untuk jika berkuasa atau menguasai parlemen. Caranya? Tentu saja dengan pat gulipat dan utak atik angaran negara.

Akibatnya orang baik, pintar tetapi tidak terlalu kaya akan mempunyai peluang kecil masuk politik. Bisa saja mereka masuk politik, tetapi harus melacurkan diri pada sistem tawar politik yang korup. Padahal negeri ini perlu politikus yang bermoral, pandai dan punya nasionalisme dan idealisme yang tinggi. Kemana orang - orang pandai dan berintegritas itu sekarang?

Awalnya tulisan ini menjabarkan siapa saja pejabat publik dengan track record akademik minim. Tapi karena takut di tuduh mencemarkan nama baik. Jadi saya urungkan, walaupun jumlah mereka mendominasi partai politik maupun eksekutif dan lembaga2 negara.

Sayangnya mereka yang pandai dan berintegritas justru menumpuk di kampus kampus PTN dan sebagian besar bekerja disektor swasta. Kalau kita lihat profil komisaris dan jajaran direksi perusahaan publik di BEI kebanyakan mereka berasal dari PTN besar tadi plus Trisakti, Untar dan Atmajaya.

Atau kita lihat alumni mana para pengacara besar negeri ini. Sedangkan yang medioker justru jadi ketua MK, KPK, hakim agung, dsb. Jadi jangan heran jika para penegak hukum itu sering dibuat tak berdaya oleh pengacara.

Sangat disayangkan negara ini dijalankan oleh orang - orang medioker, sehingga performance nya kurang maksimal. Dengan partai politik dibiayai negara, bukan saja akan mengurangi nafsu korupsi bendahara partai tapi juga membuka pintu kompetisi dengan meminimalkan politik uang.

Jika partai politik diisi orang berintegritas tinggi, birokrat dan eksekutifpun juga akan diisi orang baik dan lebih bermutu. karena mereka yang berkuasa awalnya juga berasal dari partai politik.

Kali ini saya setuju dengan PDIP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun