Saat ini ada dua mega proyek transportasi yang sedang di kerjakan DKI, MRT dan Monorail. Saat Jokowi Ahok terpilih masyarakat tercengang. Proyek yang sudah dirancang 27 tahun itu akhirnya direalisasikan. Tak heran sanjungan membahana di berbagai media social dan berita online. Saat itu penulis langsung mencari data dan membuat perhitungan simulasinya, hanya sekedar mencari tahu keanehan. Bagaimana mungkin proyek yang sudah lama tidur, tiba - tiba di tahun pertama jabatan gubernur yang baru bisa dimulai. Tetapi sudahlah kita lupakan hitung2an versi saya. Pasti nanti pendukung Jokowi, yang tidak paham perhitungan ngomong macam2 dan esensi opini jadi malah kabur. Kita bahas data yang ada di media saja. Supaya mudah di cek kebenaran datanya. Monorail [caption id="attachment_306292" align="aligncenter" width="467" caption="dicrop dari detikfinance 9 Januari 2014"][/caption] Proyek Monorail ini sudah ada pemenangnya tendernya dan sudah pada tahap konstruksi. Tetapi berhenti karena masih menunggu design dari kontraktor asal China. Ini jelas kesemberonoan yang sangat fatal karena:
- Proyek yang berhenti ditengah jalan pasti menimbulkan biaya tak terduga yang tidak kecil.
- Bagaimana dengan studi kelayakkan implementasinya, jika desainnya saja belum selesai?
- Bagaimana dengan perhitungan nilai proyeknya? Bagaimana dulu pemda DKI mengestimasi nilai proyek jika BoQ (Bill of Quantity) proyek belum pasti.
Itu tiga pertanyaan besar, tentu masih ada banyak pertanyaan lainnya, menyangkut, lama pekerjaan, keselamatan kerja, dll yang disebabkan berhentinya proyek. Yang menjadi pertanyaan besar saya. Ini menyangkut proyek besar. Mengapa media tidak pernah tanya ke Jokowi Ahok secara detil? Wartawan lebih senang memotret Jokowi saat angkat batu atau memuat caci maki Ahok di media. MRT Proyek ini saya pernah saya simulasi. Menurut perhitungan OPTIMIS, harga tiket MRT ini sebesar Rp.55ribu. Harga yang cukup mahal, tetapi mari kita lihat versi media saja. [caption id="attachment_306294" align="aligncenter" width="473" caption="dicrop dari detik.com"]
- Jika dibanding busway yang harga tiketnya Rp. 3.500,- Siapa mau naik MRT yang harga tiketnya hampir 5x lipat?
- Saat ini jumlah penunpang Busway total rata - rata 330 ribu s/d 350 ribu orang/hari. Bagaimana mungkin membuat estimasi MRT dengan panjang jalur yang sangat pendek dan tentu saja coverage yang sempit bisa mendapat penumpang 120.000 orang/hari?
Dengan dua variable ini, sangat mungkin BEP akan lebih panjang. Jika demand aktual ternyata lebih rendah. maka resikonya operator (pemilik MRT pemda DKI) akan nomboki biaya operasional dan cicilan utang yang memberatkan. Jika melihat dua hal diatas, betapa besar potensi gagalnya proyek ini. Jika gagal bukankah akan membebani APBD DKI? Oleh sebab itu saya mohon, Pak Gubernur mulailah bekerja dengan benar, jangan tiap hari selalu dapat sorot kamera wartawan. Proyek ini juga dibiayai APBN [caption id="attachment_306296" align="aligncenter" width="464" caption="di crop dari bisnis.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H