Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi: Diserang, Masa "Diem" Saja?

24 April 2014   11:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tirani Dunia Maya

Di Chinapun, pengguna dunia maya dilarang menyampaikan berita bohong atau membully. Jika posting membully di baca lebih dari 100 ribu user lain, sudah cukup bagi aparat untuk menggelandangnya ke muka hukum. Tetapi di Indonesia kebebasan dunia maya ini sudah menciptakan tirani baru. Sudah waktunya tirani dunia maya diakhiri. Jangan biarkan suara  rakyat dimanipulasi di dunia maya.

Tirani Dunia Maya = Mungsuh Demokrasi

Saat tirani dunia maya menjajah suara publik, kita patut prihatin. Karena sesungguhnya demokrasi sudah mati. Demokrasi telah mati diinjak injak oleh pulsa internet gratis dan oleh mereka yang telah kehilangan nurani dengan memanipulasi dunia maya.

Demokrasi Mati = Pembodohan Publik

Demokrasi yang mati karena tirani dunia maya sesungguhnya sangat berbahaya dan menghina akal sehat. Silahkan baca bagaimana relawan Jokowi membully narasumber yang berseberangan dengan Jokowi, Apapun ide yang berseberangan dengan Jokowi dianggap salah, sebaliknya apapun kesalahan Jokowi dianggap kebenaran mutlkak. Jika kebenaran sudah dibelokkan, maka kehancuran dan masa depan yang penuh kegelapan adalah pilihan yang tidak bisa ditolak.

Semoga banyak diantara kita sadar, bahwa kompetisi apapun harus ada aturannya bukan berlandas hukum rimba dan tanpa etika. Karena itulah yang membedakan kita dari dunia hewan dengan hukum rimbanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun