Benahi itu preman-preman di kawasan industri yang dibackup penuh oleh kepala desa dan Bupati. Jangan pula mengelak itu urusan kepala daerah. Jika Presiden tidak bisa memastikan kepala daerahnya bekerja dengan benar, mending Pak Presiden ga usah ngantor tidur saja dirumah.
Jembatan Selat Sunda sebagai Penyelamat
Pembiayaan jembatan Selat Sunda tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tetapi bukan berarti pemerintah pusat akan mengeluarkan semua biayanya. Ada banyak alternatif pembiayaan mulai dari BOT dengan swasta atau melibatkan pemda pemda di Jawa dan Sumatera untuk memiliki sahamnya.
Skema pelibatan pemda sebetulnya sudah dimulai jaman SBY saat membangun toll trans-Sumatera. Kenapa skema yang terbukti bagus itu tidak dijadikan alternatif. Malah tanpa pertimbangan yang transparan pemerintah serta merta menghentikan proyek Jembatan Selat Sunda.
Proyek Jembatan selat sunda akan lebih menggairahkan industri semen, baja kontruksi, engineering, tenaga kerja yang tidak sedikit. Ini sangat penting dan menjanjikan multiply efek yang luar biasa. Saat ini kita punya Semen Indonesia (Semen Gresik) bumn yang sedang sehat - sehatnya. Dengan kondisi yang sangat sehat dan adanya mega proyek infrastruktur, semen gresik akan tumbuh luar biasa. Begitu juga dengan industri Baja dimana Krakatau baru saja berhasil listing di Bursa Efek Indonesia.
Tanpa Jembatan Selat Sunda Toll Trans Sumatera akan Mubasir
Jembatan Selat sundah sebetulnya link yang terputus antara toll trans Sumatera dengan jaringan Toll Jawa. Jembatan ini akan mengenerate ekonomi yang luar biasa antara resource (sumatera) dengan user dan industri (Jawa).
Selama ini sawit dieksport dalam bentuk CPO, padahal nilai tambahnya justru besar pada produk turunannya. Membangun industri turunan di Sumatera jelas beresiko karena end usernya sedikit. Akan sangat berbeda jika industri turunan itu dibangun di Jawa dimana jumlah konsumen dan industri hilirnya jauh lebih besar dan padat. Dengan skala keekonomian yang memadai, Industri turunan CPO di Jawa akan hidup dengan sehat, eksport pun akan lebih mudah dilakukan dengan kondisi perusahaan yang sehat.
Penutup
Pak Jokowi anda tidak perlu malu menganulir visi kelautan anda. Visi itu memang sangat menarik bagi orang awam, membangkitkan romantisme masa lalu. Tetapi pada akhirnya rakyat menuntut hidup yang lebih baik. Jika hari ini hanya mampu membeli rumah 500 juta, mungkin lima tahun lagi bisa membeli rumah 5 milyar. Jika hari ini rakyat berharap harap cemas bisa dapat kartu sehat, mungkin lima tahun lagi tidak ada lagi yang berharap kartu sehat karena uangnya cukup untuk membeli premi asuransi kesehatan secara layak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H