Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

2015, Rakyat Kecil, Anda Harus Mati!

3 Januari 2015   04:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:55 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang normal, tidak ada yang ingin cepat cepat mengakiri hidupnya. Tak peduli hanya makan nasi dan tempe, tak peduli rumahnya digusur tanpa pesangon karena dianggap telah mencuri tanah negara belasan tahun, tetapi karena besarnya minat hidup. Mereka tak gampang menyerah untuk mengakiri perjuangan hidupnya.

Tetapi di 2015 segalanya akan berubah, anda yang miskin tidak perlu putus asa dulu untuk mati. Karena penguasa telah menyiapkan terornya jika anda tetap ingin bertahan hidup. Inilah dua teror dari belasan teror yang membuat anda tidak sempat meneteskan air mata untuk mati.

1.Subsidi BBM dicabut atas nama mempermudah penyusunan APBN dan Infrastrukur.

Subsidi pada rakyatnya dianggap membebani penguasa, ini jelas salah pikir yang memalukan. Jika sumberdaya alam, usaha keras dan pajak yang besar bukan untuk menolong rakyat, buat siapa semua uang yang dikutip negara dari rakyatnya?

Rakyat yang sebagian tidak mengerti apa itu bursa minyak London, New York, Singapura, dibiarkan sendirian rentan oleh mekanisme pasar bebas. Rakyat yang hanya mendengar berita ekonomi yang sudah basi dari TV dipaksa paham bahwa bulan depan mungkin jatah nasi anaknya berkurang karena ongkos bensin bapaknya ke kantor naik 2x lipat.

Subsidi dicabut demi Infrastruktur benar benar janji manis yang mematikan. Rakyat diiming imingi infrastruktur akan membuat segalanya lebih mudah dan murah. Logika yang masuk akal, tetapi menjadi sangat menipu jika anda membaca poin 2.

2. Tiket Kereta Api Ekonomi naik hampir 400%

[caption id="attachment_362845" align="aligncenter" width="502" caption="Sumber: Capture dari aplikasi PT. KAI di android. Harga baru 199ribu Rupiah, Harga lama 55ribu Rupiah"][/caption]

Gambar diatas adalah capture dari HP penulis pada bulan Desember 2014, sudah saya cek ulang harga tersebut sebelum posting ini. Hasilnya tidak berubah harga tiket pemesanan bulan Januari 2015 untuk tiket KA Gaya Baru Jakarta Surabaya naik menjadi 190ribu Rupiah dari harga 55ribu Rupiah pada Desember 2014.

Jika alasan kenaikkan BBM untuk membangun infrastruktur, infrastruktur untuk siapa?

Faktanya infrastruktur KA Ekonomi yang jelas - jelas melayani rakyat kecil dinaikkan 345%. Ini jelas penguasa yang sudah sinting, dimana nuraninya? Buat apa penguasa menjanjikan apa yang belum ada, jika ternyata yang sudah adapun diambil?

Kenaikan KA Ekonomi sampai 345% jelas cara sistematis penguasa menghabisi rakyat miskin. Artinya rakyat miskin tidak boleh bepergian, tidak boleh berdagang keluar kota, tidak boleh kuliah diluar kota, dsb. Penguasa melokalisasi kematian warga miskin cukup di kampung halamannya masing - masing. Sehingga tidak perlu menyusahkan banyak orang untuk mati di kota.

Penguasa yang tamak, penguasa yang cuma manis di bibir yang sebetulnya raja tega bagi rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun