3. Anak-Anak juga Divaksin
Sebagian besar yang menolak vaksin adalah mereka yang sudah menjadi orang tua. Namun anehnya, mereka tidak menolak untuk melakukan vaksinasi untuk anak-anak mereka di posyandu. Mengingat vaksin dibuat dengan prosedur yang sama, hal itu seharusnya menjadi refleksi untuk tidak termakan hoax di media sosial maupun misinformasi yang beredar di masyarakat dan antusias dalam melakukan vaksinasi.
4. Surat Keterangan Vaksin
Sebagai bukti telah melakukan vaksinasi, masyarakat akan diberikan Surat Keterangan Vaksin yang kemungkinan besar akan menjadi syarat bekerja maupun berkegiatan di masa pandemi. Melewatkan kesempatan vaksinasi akan berdampak merugikan bagi diri sendiri.
Namun masyarakat juga tidak serta merta harus disalahkan, mengingat pemerintah juga berperan besar atas ketidakpercayaan masyarakat terhadap penanganan pandemi ini. Mulai dari ketidaksigapan, bahkan terkesan "meremehkan" ketika virus tersebut pertama kali memasuki wilayah Indonesia dan berbagai kebijakan yang tidak tegas dan terkesan setengah-setengah. Selain itu, juga banyak kepala daerah yang dianggap sebagai panutan justru melanggar protokol kesehatan secara terang-terangan.
Pada akhirnya, berapa lama virus ini akan terus menjadi "momok" bagi kehidupan di negara Indonesia akan ditentukan oleh bagaimana sikap pemerintah dan masyarakat baik dalam skala makro maupun mikro. Dan melihat dari realitas sekarang, mungkin kita harus menerima kenyataan bahwa virus ini akan tetap bersama kita dalam waktu yang tidak sebentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H