Mohon tunggu...
diraja ilmi
diraja ilmi Mohon Tunggu... -

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Objektifkah?

7 Mei 2013   14:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:57 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika aku kecil, aku diperkenalkan tentang ENGKAU, lewat asma-asma Mu yang indah melalui orang tua. Mereka tak bosan, hingga aku mempertanyakan ENGKAU pada diriku sendiri. Dengan jalan dan rasa tega merekapun memberangkatkan aku menuju surau kecil di kota cirebon.

Dalam keheningan malam, aku di sambut ramah oleh KH. ABDUL BASYIT ZAIN, seorang laki-laki berperawakan tinggi besar, kulit putih, serta berparas lembut. Malam itu setelah aku disambut baik, beliau mempersilahkanku untuk meminum secangkir teh dingin, tadinya hangat, karna aku enggan meminumnya teh pun jadi dingin. Setelah perkenalan singkat dan penjelasan, maksud kedatangan kami sekeluarga, akhirnya aku tidur pulas, dimana ketika aku sadar aku sedang berada di surau kecil itu, mereka sudah pergi kembali ke rumah, tapi ada satu sodara yang menemani selama satu minggu. Hari-hari terlewati begitu saja dan tiba dimana aku betul-betul sendiri melewati hari-hari disana.

Hari-hari yang aku lewati, hanyalah tentang bagaimana aku bisa memahami tentang apa sejatinya aku berada di dunia, dan bagaimana aku harus melewati dunia ini..... tiga tahun aku belajar dalam ritme yang sama, dengan bumbu-bumbu cerita-cerata manis di surau ketika rehat dari pengajian dan sekolah. Dan beberapa kebodohan, kecerdasan yang keluar dari orang-orang sekitarku. Kini ruang itu tiada dalam nyata, dan hanya bersemanyam dalam imaji. Begitu indah ketika aku mengulang kejadian-kejadian itu.

Akupun pergi melanjutkan perjalanan menuju tempat-tempat yang belum pernah aku singgahi. Hanya bermodalkan cerita tentang tempat tesebut, akupun melanjutkan perjalanan. Sampai detik dimana aku merangkai kata ini.

Setelah beberapa perjalanan yang aku lewati, tidaklah mudah untuk mengimplementasikan apa yang sudah aku pelajari di surau itu, sampai pengimplementasian tentang pemahaman dan bentuk perbuatan dalam “cinta”. Dalam perspektip objektip dalam kajian keilmuan,keyakinan, norma, larangan, dan anjuran,aku gamang didalamnya, sulit untuk menjalankan poin-poin tersebut. Ketika aku mencoba untuk mengingatkan seorang wanita,membimbing seorang wanita,aku harus lebur oleh pelukannya yang hangat, “sedikit berbau nafsu, rasa rindu dan kasih sayang”, mungkin secara kajian agama itu belum lah di perbolehkan karna belum ada ijab dan qobul diantara kami. Tapi menurut kajian psikology, itu normal sebagai proses transformasi perwujudan dari perasaan, dan ini harus lah di keluarkan, jangan di simpan rapat-rapat dalam imaji,”bisa gila”.

Mungkin keimananku belum sampai pada titik keimanan sekeras tebing menjulang di ketinggian. Apakah dalam proses ini bisa dikatakan sebagai godaan badaniyah yang berpengaruh pada ruang ruhaniyah?.akan tetapi dalam hal ini aku merasakan” Dirimu” lewat hadirnya seorang wanita tersenyum dan menangis di hadapan ku. Dan apakah aku hanya pengobral asmamu tentang perjalanan ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun