Indonesia tengah berduka akibat musibah gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat dengan magnitude (M) 5,6 yang menelan banyak korban jiwa.
Bedasarkan data yang dihimpun, total korban sebanyak 271 jiwa meninggal dunia dan masih berkisar 40 orang yang belum ditemukan.
Kepala BMKG mengungkapkan bahwa penyebab gempa bumi yang terjadi di Cianjur merupakan dampak dari pergerakan Sesar Cimandiri.
Sesar adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergerakan naik berupa geseran naik turun.
Sesar Cimandiri yang paling berperan terhadap sebaran batuan berumur Paleogen di permukaan. Paleogen sendiri artinya periode dalam skala waktu geologi yang merupakan ronde pertama dari era Kenozonikum dan berlanjut 42 juta tahun, selang 65l23 juta tahun yang lalu.
Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, BMKG Daryono dalam akun Twitter-nya @daryonobmkg mencuitkan pada Selasa (22/11/2022) lalu, "Gempa Sukabumi-Cianjur Mag.5,6 merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif pada zona sistem Sesar Cimandiri".
BMKG membagi Sesar Cimandiri menjadi 3 segmen, yakni Segmen Cimandiri, Nyalindung-Cibeber dan Rajamandala.
Hasil monitoring sistem di Nasional Tsunami Warning Center (NTWC) BMKG menunjukkan bahwa parameter gempa Cianjur dapat disebarluaskan dengan sangat cepat dalam waktu 1 menit lebih 18 detik.
Menurut Daryono, dampak gempa Mag. 5,6 sangat merusak di Sukabumi & Cianjur diakibatkan:
1. Kedalaman gempa yang dangkal.
2. Struktur bangunan tidak memenuhi standar aman gempa.
3. Lokasi permukiman berada pada tanah lunak (local site effect-efek tapak) dan perbukitan (efek topografi).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H