Menurut studi perusahaan keamanan siber asal Belanda, Surfshark, Indonesia menempati peringkat ketiga negara dengan kebocoran data terbanyak. Tercatat sejak pelanggaran akun breach pada kuartal ke-3 tahun 2022, terjadi peningkatan 70% kebocoran data dari pada kuartal II.
Sejak bulan Juli hingga September 2022, total sebanyak 108,9 juta akun di seluruh dunia yang bobol, 13,3 juta diantaranya merupakan pengguna Indonesia. Bulan Agustus 2022 adalah bulan yang lalu terjadi kebobolan data besar besaran yang mendorong pemerintah Indonesia untuk segera mengesahkan UU Perlindungan Data Pribadi.
Rusia menjadi negara nomor satu dengan angka kebobolan data tertinggi sebanyak 22,3 juta akun, kemudian Perancis dengan 13,8 juta akun yang bocor. Posisi ketiga ada Indonesia dan disusul Amerika Serikat dengan 8,5 juta akun yang bocor, serta Spanyol diurutan ke-5 sebanyak 3,9 juta akun.
Banyak pakar yang merespon hasil tersebut, diataranya Vaksinkom Alfons Tanujaya yang merupakan pakar keamanan siber. Ia menjelaskan bahwa selama ini yang terjadi di Indonesia adalah kebocoran database atau database breach sedangkan dalam laporan tersebut menjelaskan pelanggaran akun atau account breach.
"Perlu dipastikan datanya apa maksud account breach dalam laporan tersebut. Kalau yang selama ini ramai kan database breach." Tutur Alfons.
Menurut Alfons, palanggaran akun yaitu pembobolan terhadap berbagai macam akun seperti google, facebook, tokopedia, dan sejenisnya. Sedangkan database breach tidak harus berpacu pada akun meskipun data yang dimaksud sensitif seperti data kependudukan.
"data kependudukan kan bukan akun" jelasnya
Masih menurut Alfons, dibandingkan pelanggaran akun, Indonesia masih lebih tinggi terkena pembobolan database sebab peretasan oleh hacker dengan nama Bjorka belakangan ini saja sudah termasuk database breach.
Data yang dibocorkan Bjorka sebenarnya tidak mengandung informasi akun, tetapi data sensitif lainnya seperti data kependudukan. Peretasan yang dilakukan lebih banyak terjadi pada badan publik ataupun lembaga pemerintahan.
"Ia menilai perlu dipastikan kembali bagaimana cara mengukur Indonesia peringkat tiga negara yang mengalami account breach, sedangkan yang lebih tinggi database breach." Papar Alfons