Rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) yang telah ditetapkan, pemerintah membuat rencana untuk mencapai Indonesia Emas 2045.Â
Berbagai sektor telah dibangun untuk mewujudkan rencana tersebut, termasuk dalam pembangunan SDM yang dimiliki.
Pada momentum 100 tahun kemerdekaan Indonesia, negeri ini mendapatkan bonus demografi disaat negara negara lain mengalami penurunan angka kelahiran.Â
Kondisi tersebut sejatinya akan menjadi anugrah apabila dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, tetapi jika salah penanganan justru bisa mendatangkan permasalahan.
Kemampuan literasi adalah salah satu keahlian penting yang harus dimiliki masyarakat modern.Â
Tidak mengherankan, di era cepatnya informasi banyak sekali berita yang tersebar di masyarakat. Apabila kemampuan literasi masyarakat rendah, akan dengan mudah proses penggiringan opini dan berita hoaks dikonsumsi publik.
Perpecahan antar anak bangsa, provokasi, dan konflik sosial lainnya akan dengan mudah pecah. Banyak negara yang hancur akibat masyarakat terprovokasi oleh berita yang tidak bertanggungjawab, seperti yang pernah dihadapi Indonesia dengan adanya polarisasi akibat kepentingan segelintir pihak.
Tercatat publik sempat terpecah pada tahun 2016 hanya karena permasalahan politik, suku bahkan agama dijadikan alat provokasi mendulang dukungan. Catatan gelap tersebut akibat rendahnya literasi yang dimiliki masyarakat sehingga tidak mampu membedakan antara fakta dan hoaks hanya karena terdapat bumbu bumbu SARA.
Rendahnya kemampuan masyarakat diperkuat dari Laporan Nasional PISA 2018 Indonesia yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Â
Melalui hasil peniliaian Programe for International Student Assesment (PISA) yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukan rendahnya nilai literasi Indonesia dengan nilai 371, jauh dibawah rata rata peserta PISA yang mencapai 487.