Letnan Jenderal TNI (Purn) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo kini menginjak usia yang ke 71 tahun. Namanya sudah tak asing lagi di telinga anak muda dan umumnya masyarakat Indonesia.Â
Popularitasnya terus melejit sejak usia masih belia sebagai komandan muda, belum keikutsertaannya beberapa kali dalam kontestasi pilpres. Meskipun mengalami kegagalan, namun keinginannya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara tak pernah surut.
Prabowo lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951. Anak ketiga dan putera pertama dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar ini banyak menghabiskan waktu kecilnya di luar negeri.Â
Tak heran jika Prabowo sendiri saat ini, bisa menguasai setidaknya empat bahasa asing yaitu Prancis, Jerman, Inggris, dan Belanda.
Walaupun masa kecilnya banyak dihabiskan di luar negeri, tapi sosok jendral yang dimiliki Indonesia ini tak pernah melupakan kulitnya sebagai bagian dari rakyat Indonesia. Ia kemudian memilih hidup menjadi seorang prajurit TNI.
Minatnya pada dunia militer memang tak bisa dilepaskan dari sosok pamannya yaitu Soebianto Djojohadikusumo yang gugur dalam Pertempuran Lengkong. Ia terinspirasi dari pamannya yang secara totalitas memberikan nyawanya untuk bangsa dan negara.
Pengabdian Prabowo kepada negara juga tak bisa dielakkan. Sosoknya sebagai seorang negarawan tergambarkan dalam buku yang ditulis oleh Femi Adi Soempeno dengan judul "Prabowo dari Cijantung Bergerak ke Istana."
Masa tugas seorang Prabowo Subianto memang banyak dihabiskan di medan tempur. Karena itu, ia banyak belajar tentang bagaimana membela harkat, martabat, dan kehormatan bangsa dan negara.Â
Tugas pertamanya sebagai seorang prajurit hampir membawa dirinya menghadap kepada sang ilahi. Saat itu ia menjadi Komandan Peleton Grup 1 Kopasandha (sekarang Kopasus) pada tahun 1976, kemudian naik menjadi Komandan Kompi di lingkungan Grup 1, Kompi Nanggala 28 hingga 1980.
Ia tiba di Timor Timur pada 1976, yang saat itu baru saja ditinggalkan oleh bangsa Portugis dan diduduki oleh Indonesia. "Kami keluar dari Dili selama dua, tiga minggu untuk patroli dengan jangkauan panjang. Sekali, kami dikepung ratusan grilya. Pada waktu itu, kami tidak mempunyai banyak helicopter dan cuaca tidak bagus sekali.Â