Mohon tunggu...
Funpol
Funpol Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tumbuh dan Menggugah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Iklim, Perlukah Kita Turut Berubah?

11 Oktober 2022   17:47 Diperbarui: 11 Oktober 2022   18:23 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resource: Kaltim. Litbang Pertanian.

Beberapa hari ini, berbagai kota dilanda hujan ekstim yang mengakibatkan terjadinya banjir di berbagai titik. Selain faktor drainasse yang tidak berjalan dengan baik, cuaca yang ekstrim tidak bisa dilepaskan dari perubahan iklim yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Perubahan iklim adalah sebuah perubahan pola jangka panjang terhadap cuaca dan pola cuaca, dan manusia menjadi faktor utama terjadinya perubahan iklim melalui aktivitas pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, maupun gas.

Kondisi perubahan iklim yang biasa disebutkan efek rumah kaca karena pada rumah kaca membuat sinar matahari yang masuk terperangkap di atmosfer dan membuat bumi menjadi semakin hangat. Gas yang membentuk perangkat cahaya matahari di atmosfer diantaranya karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC, dan PFC).

Tercatat efek rumah kaca mulai meningkat drastis sejak industri dunia yang semakin meningkat, sehingga menyebabkan kebutuhan energi seperti listrik, bahan bakar kendaraan, produksi industri, hingga penggunaan pestisida dalam pertanian adalah aktivitas manusia yang justru meningkatkan dampak efek rumah kaca.

Perubahan iklim bukan hanya berdampak pada cuaca, tetapi juga membawa dampak kerugian secara ekonomi dan kemanusiaan diantaranya menurunnya kualitas dan kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sebagai elemen yang begitu penting bagi kehidupan, kualitas air sesungguhnya begitu penting untuk diperhatikan, tetapi akibat menaiknya suhu mengakibatkan kadar klorin yang menurunkan kualitas air bersih. Selain itu turunya hujan asam yang membuat tingkat keasaman tanah dan air permukaan berbahaya bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia itu sendiri.

Menteri keuangan, Sri Mulyani dalam acara HSBC Summit 2022 'Powering the Transition To Net Zero' menyampaikan perubahan iklim membuat dunia kehilangan sekitar 10 persen nilai ekonomi, bahkan menurunkan kekayaan produk domestik bruto. Bahkan diperkirakan pada tahun 2030 kerugian ekonomi Indonesia mengalami kerugian sekitar 0,62 hingga 3,45 persen dari PDB.

Tercatat melalui dokumen kebijakan pembangunan tangguh iklim, kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim mencapai Rp 112,2 triliun atau sekitar 0,5 persen dari PDB tahun 2023.

Dari sisi dampak secara langsung yang dirasakan oleh masyarakat, tentu dengan perubahan iklim yang membuat hujan ekstrim dan banjir di berbagai daerah banyak menghambat aktivitas masyarakat bahkan pada beberapa kejadian merenggut korban jiwa.

Efek rumah kaca terjadi akibat manusia, maka upaya pengurangi efek rumah kaca pun harus dilakukan oleh manusia pula. Efisiensi penggunaan energi listrik, pengendalian penggunaan kendaraan bermotor, mengurangi penggunaan listrik, pengelolaan sampah secara tepat dengan memisahkan sampah organik dan nonorganik, serta mengurangi penggunaan kertas adalah aktivitas yang dapat dilakukan manusia dalam mengurangi efek rumah kaca. Dengan mengurangi efek rumah kaca, bukan hanya menyelamatkan ekonomi nasional tertapi juga menyelamatkan kehidupan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun