Si tukang diam itu bernama bella , bela adalah anak remaja berusia 17 tahun yang kutu buku suka menjaili temannya fara . Ia sepandai peneliti jumlah jarum pentul pengait kerudung , kepekaannya yang tidak bisa dipridiksi dan ia salah seorang anak muda yang bucin atau butuh cinta ... eaaaaaaaaaakkkk !! . Suatu pagi yang memberikan nuansa kegirangan , tiba lah sosok seorang wanita tua di tepi sungai , di balik pohon beringin dan di seberang desa terpencil bersama dengan lelaki yang kelihatannya membawa buah tangan dari kota itu menuju menghampiriku dengan raut wajah yang gembira .Â
Mereka adalah orang tuaku . 2 tahun aku ditinggal ayah dan ibuku bekerja di kota hanya untuk menghidupi keluarganya di desa sebut saja aku dan adikku . "Assalamuallaikum putri cantikku , mahkota kehidupan Ayah Ibu . Ucap mereka " . Aku senang Ibu datang tepat waktu di hari ulang tahun ku dan Ayah masih peduli sama kami disini , kita bisa merayakannya bersama-sama . Disaat aku dan fara duduk , aku tidak tahu kalau di sampingku ada wanita cantik yang duduk bersamaan dengan Ayah Ibuku . Ia menolehkan wajahnya kehadapanku , dan " hai apa kabar nona ! perkenalkan aku tante Maya ( kolega Ayahmu ) . sahut wanita itu dengan lantang " . Rupanya Ayah sudah lancang untuk membawa temannya itu ke rumah bersama dengan Ibu , Fara pun sebagai teman curhatku merasa tidak nyaman saat beliau mengatakan hal itu . Bergegas Fara mengajak aku pergi dan keluar dari rumah , " Eehhh! mau ngapain kok kasar yaa . Fara dengan nada yang marah , " ayoo kita pergi disini ada hawa panas yang membara . Ku gerah ,bel " . Kata FaraÂ
Suasana tambah tegang ditambah dengan perdebatanku . Adikku terbangun hingga menangis , " Ayah Ibu , Andra kangen . Andra ingin tidak ada gaduh di rumah ini " . Aku mengajak Andra untuk menjauh dari mereka yang sedang emosi ." Dra , mari ikut kakak . Ucap bella" . Â Andra pun mengerti kalau dirinya tidak sepantasnya mendengar keributan itu , dan Andra pun ikut dengan kakaknya .Â
Seusai mereka cek-cok , Ibuku dengan tangisan yang mengisak itu menahan untuk melanjutkan perselisihan itu dan menghampiri Andra yang sedang menangis pelan di kamarnya . "Nak , maafin Ibu sudah membuat mu seperti ini . Memeluk Andra " . Di bangunan tua dekat rumah ku ,Fara membawaku kesana . Ayah dan Ibuku cemas mencariku dengan Tante Maya yang selalu membela dirinya itu," Nah lihat sendiri kan akibat dari orang tua tidak bisa mendidik anak-anaknya sampai anaknya pun mengetahui hal ini ! Orang tua macam apa kalian yang selalu membuat kegaduhan padahal hari ini adalah hari dimana seharusnya kalian dapat menjelaskan bahwa aku ini sudah sah menjadi Ibu tiri mereka , tapi apa ! . Sahut Ibu berlari menghampirinya ," jaga ucapanmu Maya ! semua ini tak bakalan terjadi bila kamu yang menggoda Suamiku di kantor " . Membentak Maya . Kebahagiaan adalah duri tajam perselingkuhan,dan keharmonisan hanyalah ucapan kosong yang menganggu . Aku sebagai anak sekaligus kakak dari Andra merasa pasrah dengan keadaan ini . Mau bagaimanapun mereka tetap orang tuaku yang sudah membesarkan aku dan Andra .Tapi , kami pun tidak mendapatkan kenyamanan . Andra yang usianya masih sangat kecil bisa dibilang masih belum dewasa terlihat murung di kamar. Seakan bimbang dan gelisah terlihat dari wajah Ibu , " Ayah minta maaf Bu.. Ayah tidak bisa menjadi pemimpin yang baik . " Ucap Ayah dengan nada pelan ."
~tunggu kelanjutannya yaa~
Selamat Membaca , guys !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H