Mohon tunggu...
Funco Tanipu
Funco Tanipu Mohon Tunggu... -

Penulis, pengajar, peneliti, penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kejahatan Lingkungan dan Masa Depan Gorontalo

15 Oktober 2010   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banjir bandang di Wasior, genangan banjir di Biawu, Ipilo, Siendeng, Labanu, alih fungsi Taman Nasional Nani Wartabone, pendirian tambang oleh korporasi raksasa Taman Nasional Nani Wartabone, dan gerakan Koalisi Rakyat Tolak Alih Fungsi Taman Nasional Nani Wartabone adalah topik penting yang berada di berbagai media lokal maupun nasional. Kerusakan lingkungan menjadi lonceng yang bermakna di tengah kegusaran kita menatap masa depan Gorontalo. Kejahatan lingkungan rupanya tak kita sadari telah menjadi bagian kebudayaan dan bahkan telah menjadi urat nadi kehidupan kita. Kejahatan lingkungan tidak saja membunuh kehidupan kita di masa kini, tetapi berpotensi memangsa anak cucu kita. Saya, yang menyaksikan deretan kelakuan kejahatan lingkungan yang bedebah di berbagai daerah bahkan di tanah kita Gorontalo seperti kehabisan tenaga. Bahwa kejahatan lingkungan telah mewabah sedemikian rupa, bahkan pula berubah laksana oksigen bagi umat manusia. Kejahatan lingkungan telah biasa dan bahkan kewajaran di tengah kehidupan kita.

Saya, kadang di tengah malam gulita sembari menidurkan anak saya yang belum cukup berumur setahun hanya bisa memandang wajah lugunya. Saya tak bisa memperkirakan bahkan membayangkan kehidupan seperti apa yang akan kita wariskan pada generasi anak-anak kita di tengah kewajaran akan kejahatan lingkungan yang sadis hingga telah menjadi habitus bagi kita. Membayangkan ini bagaikan berada di alam rimba di abad pertengahan. Manusia hanya bisa hidup dengan memangsa manusia lainnya.

Saya sangsi dengan masa depan anak-anak Gorontalo di masa akan datang. Kesangsian ini bisa dibuktikan dengan lengkapnya catatan sejarah kejahatan lingkungan Gorontalo dari ujung Molosifat hingga Pinogu. Sejarah, memori, ingatan sosial apalagi yang akan kita wariskan jika misalnya dokumen sejarah yang mereka pelajari di masa depan adalah kejahatan lingkungan yang sangat biadab.

Data menunjukkan bahwa puluhan kontrak karya pengelolaan hutan, alih fungsi hutan dan rencana pendirian tambang oleh korporasi raksasa adalah alarm bagi kita sekalian. Bahwa apa yang terjadi di Wasior dan berbagai bencana di daerah lain adalah potret kecil dari masa depan kita.

Belum lagi jika kita membayangkan bagaimana Negara malah memfasilitasi kartel-kartel perusak lingkungan untuk menancapkan kukunya di tanah ini. Di sisi lain, lembaga pendidikan malahan menjadi budak akademik kartel lingkungan itu untuk mengabsahkan dan melegalisasi kejahatan agar tampak “akademis”. Institusi pendidikan bagaikan sebuah kartel bisnis yang sangat sadis. Membunuh masa depan anak-anak kita dengan melegalisasi perusakan lingkungan. Sungguh anak-anak Gorontalo masa depan tak terbayangkan nasibnya.

Walau kemudian saya sadar bahwa masa depan bangsa ini di tangan generasi kita. Anak kita yang kini masih dalam pembaringan dengan lugunya tak bisa kita serahkan masa depannya diatur oleh penjarah itu. Untuk itu, kita mesti berani melawan dan bertarung hingga berkalang tanah untuk masa depan anak-anak kita. Cukup sudah para bebedah itu memporak-porandakkan peradaban tanah ini.

Di tengah hujan deras dan banjir setinggi lutut di daerah Labanu saya menuliskan catatan ini. Di sisi lain, para bedebah penjarah lingkungan sedang merebahkan badan di kasur empuk, dan sebagian besar warga tanah ini melawan genangan banjir dan kasarnya tikar sebagai alas tidur.

Dentang jarum peradaban kita semakin berbunyi kencang. Bangun dari tidur panjang yang terlalu lama ini. Sudah dari sekarang kita harus bergerak melawan para bedebah penikmat hutan. Kita tak bisa lagi menonton apalagi diam melihat kebengisan mereka merampok kekayaan alam kita. Cukup sudah para bedebah itu mengambil masa depan anak-anak kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun