Perubahan zaman menyebabkan pendidikan harus senantiasa dapat beradaptasi. Situasi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh menjadikan pendidikan di Indonesia mengalami beberapa perubahan agar dapat beradaptasi demi terlaksananya pendidikan agar tetap optimal.
Dalam menjalankan pendidikan pada masa pandemi, tentu terdapat banyak rintangan. Oleh karena itu pemerintah mengadakan program Kampus Mengajar Angkatan 1 Tahun 2021 untuk membantu pendidikan khususnya di sekolah dasar, dengan harapan agar dapat mengubah tantangan menjadi harapan.
SD Islam Attarbiyah terpilih sebagai sekolah untuk dibantu dalam program Kampus Mengajar 1 (KM 1). Sebuah sekolah yang berlokasi di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Adapun mahasiswa yang ditempatkan untuk mengabdi di SD ini berjumlah 8 orang, yang berasal dari 5 kampus berbeda, dengan 1 Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Mahasiswa-mahasiswa yang dimaksud adalah Fuji Rahmannisa dari Universitas Pendidikan Indonesia, Alvina Agustin dari Universitas Ahmad Dahlan, Siti Ajimatu Zamzam daru Universitas Pakuan, Isnaeni Hairapas dari Universitas Gajah Mada, serta empat orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sukabumi yaitu Evrida Hayati, Nurul Aeni, Lingga Nurma Mukarromah, serta Shela Khoerunnisa. Sementara DPL yang mendampingi adalah Bapak Billyardi Ramadhan, S.Pd., M.Si., dosen Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Langkah awal yang dilakukan oleh mahasiswa didampingi DPL adalah berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi. Setelah itu, mahasiswa bersama DPL menuju lokasi SD Islam Attarbiyah dan menemui pihak sekolah untuk bersilaturahmi menyampaikan maksud dan tujuan program KM 1 di sekolah tersebut. Selanjutnya DPL melakukan penyerahan mahasiswa kepada pihak sekolah dan pihak sekolah menerimanya dengan baik.
Mahasiswa melakukan observasi sekolah untuk mengetahui situasi-kondisi, serta pelaksanaan pembelajaran di SD Islam Attarbiyah. Dari hasil observasi tersebut didapatkan bahwa pembelajaran di SD ini dilakukan secara full daring. Namun, terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya, seperti terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki smartphone sehingga sulit untuk belajar secara daring, khususnya untuk kelas 1 SD masih sulit untuk mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung karena harus diajarkan secara langsung.
Guru pernah memakai Google Classroom sebagai media pembelajaran daring, namun hal tersebut tidak efektif untuk semua siswa, karena beberapa siswa kurang memahami cara pengaplikasiannya. Selain itu, beberapa siswa lainnya terkendala dengan keberadaan sinyal, keterbatasan kuota, serta terdapat siswa yang tidak memiliki smartphone. Sehingga metode pembelajaran kembali menerapkan sistem pemberian tugas di WhatsApp dan dikumpulkan dengan memfotokannya lalu dikirimkan kepada guru melalui Chat WhasApp atau dikumpulkan secara langsung ke sekolah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan (misalnya siswa 2 minggu sekali ke sekolah).Â
Oleh karena itu mahasiswa mencoba membantu yaitu dengan melaksanakan home visit, namun hanya difokuskan pada kelas 1 SD karena untuk membantu memaksimalkan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung permulaan (dari tahap yang paling dasar). Tidak seluruh siswa kelas 1, tetapi hanya sebagian saja berdasarkan rekomendasi dari wali kelas. Siswa yang dibantu yaitu mereka yang sangat perlu dibantu untuk belajar menulis, membaca, serta berhitung (literasi dan numerasi dasar).
Selain home visit, mahasiswa juga bergabung ke dalam GWA masing-masing kelas. Terdapat 7 GWA kelas. Dalam setiap grupnya, bergabung 2 mahasiswa yang mengirimkan poster berisi bahan bacaan dengan tujuan untuk dapat meningkatan minat literasi pada pelaksanaan sanlat daring di SD. Mahasiswa bekerjasama dengan guru PABP dalam pelaksanaan sanlat daring yang dilaksanakan selama dua minggu pada bulan Ramadhan melalui Grup WhatsApp masing-masing kelas.Â
Guru PABP memberikan lembar amaliyah yaumiah (lembar aktivitas harian) yang berisi daftar beberapa kegiatan keagaaman yang harus dilakukan oleh siswa. Lalu, setiap hari mahasiswa mengirimkan satu buah poster berisi bahan bacaan keislaman. Khusus untuk hari minggu (hari libur), mahasiswa mengirimkan poster berisi kuis tentang keagamaan. Siswa yang aktif dan menjawab kuisnya dengan benar, maka diberikan hadiah, sehingga hal tersebut membuat siswa lebih termotivasi saat melakukan kuis dan tanya jawab di GWA. Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa sebenarnya tidak perlu media atau aplikasi yang bermacam-macam untuk berinteraksi dengan siswa, tetapi bisa melalui GWA saja dengan mengirimkan gambar poster yang bisa dengan mudah diakses oleh siswa.