Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok saat ini telah resmi menjadi salah satu kandidat cagub ibukota DKI Jakarta. Dengan adanya keputusan ini maka seruan penolakan dari masyarakat pun langsung menggebu untuk memberi responnya terhadap berita tersebut. Sekelompok massa yang menamai diri mereka Aliansi Gerakan Selamatkan Jakarta pun langsung melakukan demo untuk menolak Ahok didepan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI pada Rabu, 21 september 2016 16:01 lalu.
Mereka meminta agar KPU DKI tidak menerima Ahok sebagai calon gubernurnya. Ratna Sarumpaet selaku Koordinator Aksi demonstrasi tersebut mengatakan “ KPU DKI untuk tidak menerima cagub yang bermasalah hukum dan berakhlak buruk serta menyengsarakan rakyat kecil.” Rabu (21/9). Ia juga menambahkan agar “ KPU DKI harus menyertakan syarat cagub asli pribumi yang beragama islam dan berakhlak”. Mereka melakukan gerakan penolakan seperti ini bukan tanpa alasan. Melihat betapa banyak catatan merah yang telah Ahok buat selama ini, hal itulah yang membuat warga Jakarta semakin geram ketika mendengar dirinya akan kembali mencalonkan diri sebagai pimpinan mereka lagi. Terlebih dirinya masih dikabarkan tersandung kasus korupsi yang sebelumnya mengikatnya tentu saja itu semakin menambah point penting kenapa dirinya harus ditolak untuk kembali menjadi pimpinan DKI Jakarta.
Kemudian salah satu alasan lain atas penolakan ini adalah karena kebijakan dia(Ahok) yang sering menggusur rakyat kecil sesuka hatinya tanpa memikirkan bagaimana mereka akan meneruskan hidupnya setelah itu. Bukankah hal tersebut sudah cukup membuktikan jika selama ini sebagian rakyat Jakarta merasa terancam ketika Ahok memimpinnya? Wajar saja penolakan dilakukan karena mereka hanya ingin terlepas dari jeratan kebijakan-kebijakan yang telah Ahok tetapkan selama ini.
Setelah melihat kondisi tersebut saya jadi berpikir, jika dia(Ahok) tidak memiliki catatan yang buruk terhadap warganya sendiri, mungkin saja penolakan seperti ini tak akan terjadi menimpanya. Tapi yang terjadi saat ini malah sebaliknya. Ia seakan tak peduli pada pendapat sebagian warganya dengan tetap mencalonkan diri menjadi cagub disana dengan memberi sikap yang biasa, seolah semuanya baik-baik saja dan seolah semua menerima dirinya. Kemudian ditambah mayoritas muslim yang ada diIndonesia yang cukup mendominasi, tentu saja calon pemimpin satu agamalah yang harus mereka pilih untuk menjadi pemimpinnya. Terlepas dari itu semua saya pun tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun saya berharap agar semua warga Jakarta bisa lebih bijak dalam menentukan pilihan mereka terhadap calon pemimpin baru mereka kedepannya nanti.
Nama : Fuji Astuti
Nim : 07031181520060
Jurusan : Ilmu Komunikasi Inderalaya(B)
Kampus : UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
Dosen Pengasuh : NUR ASLAMIAH SUPLI, BIAM, M.SC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H