( oleh : Fuji Lara Sakti Afdiningsih)
Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif, dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musik dapat diartikan sebagai ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan ,kombinasi,dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinam-bungan. Dalam setiap nada yang mengalun musik memiliki keindahannya tersendiri melalui alat musik apapun yang dimainkan oleh manusia sehingga menjadi sumber inspirasi bagi penikmatnya. Setiap manusia menyukai musik sesuai dengan seleranya dan digunakan sebagai alat untuk penyampaian pesan dari segi rasa, moral, sosial, kritik, ataupun hiburan yang menyenangkan hati.
Semakin berkembangnya zaman, musik pun terus berkembang dan semakin beragam manusia ciptakan. Dulu bermula dari sebuah tulang hewan buruan kini sudah semakin canggih dengan pesatnya perkembangan teknologi. Manusia terus berkreativitas dan berinovasi dalam bermusik agar pesan yang disampaikan dalam setiap alunannya dapat sampai kepada penikmatnya. Musik dapat membawa sebuah perdamaian ke bumi dan dapat pula membawa perpecahan.
Tak hanya sebagai hiburan, musik digunakan sebagai alat perjuangan menuntut sebuah keadilan dan melawan penindasan di bumi. Berbagai macam perlawanan dilakukan ketika melihat dari sejarah ketika perpecahan terjadi pada umat manusia, banyak nyawa yang hilang, pertumpahan darah, dan berbalut dendam bagi yang tinggal menyimpan luka. Di Indonesia banyak anak bangsa yang menggunakan musik sebagai alat perjuangannya dalam mengkritik, menuntut, menyampaikan aspirasi, dan membangun negri.
Kasus – kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia yang hingga kini belum terselesaikan, seperti 13 aktivis yang hilang tahun 1998 salah satunya Widji Thukul, pembunuhan munir, pembunuhan marsinah, dll. Masih menyisakan luka dihati setiap keluarga dan kerabat yang hingga kini tak pernah letih berjuang dalam menuntutnya sebuah keadilan kepada pemerintah atas kasus yang menimpa korban tersebut. Perjuangan-perjuangan tersebut mereka lakukan dengan cara apapun, dari turun aksi ke jalan, membuat tulisan, aksi kamisan setiap kamis di depan istana negara, dan membuat lagu demi lagu yang liriknya adalah sebuah tuntutan akan keadilan di negri ini.
Beberapa musisi seperti Efek Rumah Kaca yang di beberapa lagunya menceritakan aktivis yang hilang dan kasus kematian munir, Iwan Fals yang mengkritik kinerja pemerintah dan kondisi rakyat Indonesia yang masih jauh dari kata sejahtera, Fajar Merah dkk yang mengembangkan puisi-puisi ayahnya Widji Thukul terkait kritik pedasnya terhadap pemerintah saat orde baru yang menyebabkan ia hilang hingga kini, dilantunkan menjadi sebuah lagu yang indah, dan masih banyak lagi anak bangsa yang berkarya melalui musik dalam perjuangannya.
Karya-karya tersebut diharapkan dapat menularkan semangat bagi setiap rakyat Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya, sebagai alat sosialisasi bahwa masih banyak kasus pelanggaran HAM yang belum mampu dituntaskan hingga saat ini, agar semua terbuka matanya, dan juga untuk menyentil penguasa yang sewenang-wenang dalam menjalankan tugas, tidak pro rakyat kecil. Tidak semua manusia peka dan sadar terhadap apa yang mereka lihat, tidak semua manusia dapat disadarkan melalui tulisan atau retorika belaka, musik adalah salah satu alat untuk menyadarkan dan menularkan jiwa perjuangan agar  dapat secara masiv memperjuangkan keadilan di negeri ini, karena dengan nada-nada dan harmoni yang indah dapat dengan mudah merangsang kepedulian manusia terhadap realita dan menimbulkan adanya reaksi. Jangan pernah takut bersuara walaupun pada kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun jika perjuangan tak mengenal lelah maka perubahan adalah sebuah keniscayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H