Mohon tunggu...
Ade Nova
Ade Nova Mohon Tunggu... -

Mencoba untuk berfikir terbuka, dan mencoba untuk membuka fikiran seluasnya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibuku Pahlawanku... (I Love You Mom)

22 Desember 2013   09:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“I love U mom” mungkin kalimat itu tidak cukup untuk mengungkapkan kasih sayangku untuk mamah. Atau mungkin karena aku tak pernah mengucapkan deretan kata-kata romantis itu untuk mamah. Aku memang cuek dan sangat malu untuk mengucapkan itu, padahal sesungguhnya aku ingin sekali mengungkapkan kalimat itu untuk mamah. Tetapi aku rasa tidak pernah mengucapkannya bukan berarti aku tidak menyayangi mamah, karena kita masih bisa mengungkapkannya dengan “cara yang berbeda”.

Tidak membuatnya kecewa. Tidak membuatnya menangis sedih karena tingkah kita. Tidak menyakiti hatinya. Tidak membuatnya khawatir. Mungkin terlalu banyak yang harus kulakukan untuk menggungkapkannya dengan “cara yang berbeda”.

Mamah adalah “wonder women” terhebat yang aku punya. Bukan karena kekuatan fisiknya, melainkan karena kekuatan hatinya.

Dia rela kehujanan hanya demi memberi sesuap nasi untukku dan adikku. Dia rela tidak tidur semalaman hanya untuk membuatku sama dengan teman-temanku untuk merasakan belajar di sekolah sampai sekarang ini. Dia tak pernah mengutamakan kebahagiaannya sendiri. Karena untuknya, kebahagiaannya itu adalah melihat aku dan adikku bahagia.

Sekarang ini mamah berdiri sendiri untuk menafkahi kami. Dia berjuang mencari lembaran rupiah di kota kembang sana. Aku dan adikku, disini bersama nenek kami, dan kita hanya dipertemukan sebulan sekali. Kadang, aku mengeluh kenapa aku tak bisa seperti temanku yang lain yang bisa bertemu dengan ibunya setiap hari. Tapi jika aku melihat temanku yang sudah tidak lagi memiliki ibu, aku sangat bersyukur sekali kepada Tuhan. Aku masih mempunyai mamah walaupun tidak setiap hari bertemu, sedangkan mereka yang tidak lagi mempunyai ibu tak akan pernah lagi menatap wajah teduhnya. Tak akan pernah aku siakan kesempatan ini, aku akan selalu memberikan yang terbaik untuk mamah walaupun aku belum bisa membuatnya bangga.

Aku selalu bersyukur kepada Tuhan karena aku telah dititipkan di rahim seorang wanita mulia yang sangat hebat. Dia selalu menjagaku sejak itu sampai aku dapat merasakan udara dunia saat ini, mamah selalu setia menjagaku. Aku, tak akan pernah menjadi “aku” yang saat ini dapat menulis semua untaian kata ini jika aku tak dilahirkan dari rahim mamah. aku memang belum menjadi seperti apa yang mamah inginkan, tapi aku akan selalu menjadi anak mamah yang selalu menuruti apa pun perintahnya. Karena aku tahu, apa yang diperintahn ya adalah ridho Tuhan, dan itu sangat berguna untuk kebaikan hidupku di jalan Allah SWT.

Mamah benar-benar telah menjalankan perintah Allah untuk menjaga dan mendidik seorang anak yang telah dititipkan oleh-Nya. Mamah tak akan pernah ingin anaknya merasakan kepedihan yang telah dia rasakan sepanjang hidupnya. Mamah akan selalu membuat kita merasa bahagia untuk menjalani hidup ini. Mamah bukanlah tipe orangtua yang selalu memanjakan anaknya. Tapi dia selalu mendidik anaknya untuk bisa mandiri. Tetapi mamah memberikan pelajaran itu tidak dengan cara yang keras. Mamah mengajariku banyak hal tentang semua yg ada di dunia ini. Bagaimana agar menjadi seorang wanita yang kuat dan tegar, bagaimana agar menjadi wanita solehah, menghargai waktu dan masih banyak hal lagi yang mamah ajarkan kepadaku. Sampai kapanpun, mamah akan selalu menjadi mamah terhebat dihidupku. Oh iya, dan juga tercantik.

Created by : Adethia Apriliyani (B29)

N B

Ade (Adethia A) adalah anak pertamaku, sekarang kuliah di Unswagati Cirebon. Setelah usahaku bangkrut 7 tahun yg lalu, aku berpisah dengan istri dan anak-anakku karena keadaan ekonomi keluargaku yg morat-marit, dan hingga kini kami belum bisa berkumpul kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun