Mohon tunggu...
Muhamad Mustalichul Fuat
Muhamad Mustalichul Fuat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang aktif dan sedang mencoba kritis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mungkinkah Media Sosial Dapat Memecah Belah Bangsa?

7 Juli 2022   08:25 Diperbarui: 7 Juli 2022   08:26 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bung Karno pernah menyampaikan dalam salah satu pidatonya bahwa "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.", agaknya pernyataan tersebut memang benar adanya. Fakta menunjukkan perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti walaupun sudah meraih kemerdekaan. Terdapat cukup banyak konflik yang terjadi serta menimbulkan peperangan antar sesama bangsa. Berbagai konflik yang terjadi meninggalkan trauma dan juga kesedihan, selain itu tidak sedikit orang yang meninggal dunia.

            Gerakan Aceh Merdeka merupakan salah satu contoh konkrit adanya disintegrasi bangsa setelah kemerdekaan. Gerakan ini hadir untuk menuntut kemerdekaan dari Indonesia, akan tetapi hal ini ditolak oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia memberi label mereka sebagai kelompok separatis bersenjata, hal ini terjadi karena mereka menggunakan senjata untuk melawan pemerintah. Beberapa sumber menyatakan bahwa mereka ingin memisahkan diri karena terjadi ketimpangan, selain itu mereka juga ingin membuat negara islam.

            Kemudian pemerintah bereaksi dengan melakukan operasi militer dan terjadi berbagai kontak senjata. Baik dari sisi pemerintah Indonesia atau Aceh sama-sama menggunakan senjata api. Hal ini jelas merugikan kedua belah pihak karena banyaknya korban jiwa, selain itu masyarakat sipil juga menjadi korban dari konflik ini. Banyak orang mengalami trauma ataupun menjadi korban karena salah sasaran. Konflik antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka berakhir damai setelah terjadi perundingan pada tahun 2005 di Finlandia. Perundingan tersebut mengakhiri peperangan yang telah terjadi selama beberapa dekade dan merugikan banyak pihak. Saat ini Aceh bergabung dengan Indonesia dan memiliki otonomi khusus, sehingga mereka memiliki undang-undang syariah.

            Selain konflik yang terjadi di Aceh, terdapat pula konflik yang terjadi di pulau Kalimantan. Konflik ini terjadi antara suku Dayak dan suku Madura dan menimbulkan ratusan korban jiwa. Pada awalnya suku Madura masuk Kalimantan sejak masa pemerintahan Belanda melalui program transmigrasi. Program ini bertujuan untuk meratakan populasi serta pembangunan. Program tersebut terus berjalan hingga Indonesia merdeka sehingga membuat populasi suku Madura cukup banyak. Suku Madura berkembang pesat dan membuat pemukiman-pemukiman sesama orang Madura. Mereka mampu mengolah alam dan memiliki hidup lebih baik.

            Perkembangan tersebut membuat timbulnya rasa iri dari pihak suku asli, mereka merasa iri karena suku Madura mulai menguasai berbagai sektor. Selain itu, berbagai alasan lain juga membuat permasalahan ini semakin rumit. Puncaknya terjadilah pembantaian oleh suku Dayak terhadap suku Madura. Ratusan orang meninggal dunia dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal karena dibakar. Sebagian besar korban tewas akibat dipenggal oleh suku Dayak. Akibat dari konflik tersebut membuat warga dari suku Dayak harus mengungsi. Selain itu konflik ini mendapatkan perhatian dari dunia internasional. Kemudian pemerintah turun tangan dalam menangani konflik ini agar tidak menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak.

            Sebenarnya masih cukup banyak kasus yang terjadi dan menimbulkan konflik antar sesama warga negara Indonesia, tetapi dua kasus tersebut sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana dampak yang terjadi jika adanya perpecahan. Banyak orang kehilangan harta benda, pekerjaan, hingga kehilangan keluarga. Sejarah merupakan guru yang sangat berharga, dari sejarah kita dapat melakukan pencegahan dan menghindari timbulnya konflik. Bung Karno pernah menyampaikan "Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah". Pernyataan tersebut bermakna sangat dalam, karena dengan sejarahlah kita belajar dan dengan sejarah kita mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau.

            Sekarang sudah banyak orang melakukan kampanye terkait toleransi dan cara menjaga toleransi. Hal seperti inilah yang sangat dibutuhkan untuk negara multikultural seperti Indonesia, karena kebanyakan sumber konflik di Indonesia tak jauh dari masalah suku maupun agama. Selain itu masyarakat saat ini tampak semakin terbuka dengan perbedaan dan menghargainya. Terlebih hadirnya teknologi membuat kampanye ini semakin mudah untuk dilakukan dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Informasi yang menyebar sangat cepat membuat kampanye ini tampak mudah untuk dilakukan serta tidak membutuhkan banyak biaya. Selain itu, masyarakat juga memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik.

            Akan tetapi hadirnya media sosial membuat timbulnya berbagai masalah baru dan rintangan dalam menciptakan rasa toleransi. Saat ini hampir semua orang memiliki gawai dan mengakses media sosial setiap harinya. Sebenarnya hal ini memiliki dampak positif seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya sebagai media untuk kampanye. Namun tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama dan menginginkan adanya perdamaian. Cukup banyak orang yang tidak terbuka dengan perbedaan serta sering melakukan ujaran kebencian dalam bermedia sosial.

            Saat ini tingkat pendidikan bukan menjadi jaminan seseorang akan bijak dalam menggunakan media sosial. Sudah banyak kasus orang terdidik yang berurusan dengan aparat karena melakukan ujaran kebencian atau menyebarkan hoaks. Walaupun tampaknya hal yang sepele, kasus tersebut dapat menimbulkan perpecahan dan rasa saling benci. Umumnya masalah yang menjadi pokok bahasan adalah agama dan politik, sehingga memecah belah bangsa indonesia.

            Masalah politik sendiri semakin panas semenjak adanya pemilihan umum tahun 2019. Sebenarnya sejak lama masyarakat saling mencela satu sama lain dalam media sosial, namun ini semakin memanas saat mendekati pemilu. Kemudahan penggunaan media sosial serta dapat membuat penggunanya seolah-olah anonim membuat banyak orang membuat opini tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Opini dan berita yang dibagikan juga tak jarang menjatuhkan salah satu pihak. Kemudian apa yang disebarkan tersebut juga belum terbukti kebenarannya.

            Pengguna media sosial menjadi terpecah karena pandangan politik dan saling menjatuhkan. Tak jarang masalah dalam media sosial juga terbawa di dunia nyata dan membuat saling membenci. Hal tersebut membuktikan bahwa selain memiliki dampak positif, media sosial juga memiliki dampak negatif yang sangat mengerikan. Hanya dengan tulisan orang-orang dapat saling membenci, orang-orang saling memusuhi, dan saling menjatuhkan. Jika hal semacam itu terus terjadi, akibatnya sangat fatal dan dapat menimbulkan konflik baru di masa yang akan datang. Saat ini dibutuhkan edukasi yang lebih dan menggalakkan kampanye tentang toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun