Mohon tunggu...
Fuandani Istiati
Fuandani Istiati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

penggemar cressendo dan anime Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarata

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Bike to Work

25 November 2013   18:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:41 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Permasalahan Jakarta yang sedang dibahas saat ini adalah kemacetan lalulintas yang tak pernah kunjung akan penelesaian. Sebenarnya kemacetan bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Jakarta seharusnya. Karena memang kota dengan populasi terbesar di Indonesia dan juga termasuk kategori kota terpadat sedunia. Namun, beberapa akhir ini menjadi topik hangat untuk digunjing bagi pemprov DKI Jakarta.

Melihat Jakarta yang semakin macet dengan semakin bertambahnya penduduknya mungkin sedikit membuat pemprov alias pak Jokowi dan seluruh jajarannya memutar otak untuk menanggulangi masalah ini. Namun, salah apabila masyarakat mengecam. Karena, ini sudah menjadi bagian bagi kota Jakarta itu sendiri. Pembangunan monorel, netralisasi jalur busway sam pembuatan jembatan layang sudah menjadi progran kerja yang tersusun rapi dalam planning pak gubernur dan jajarannya.

Sekilas dikelumitkan dengan beberapa protes problem kemacetan. Maka akan hanya omong kosong dan buang-buang waktu apabila hanya mengkritik realita yang ada. Karena, macet sudah harga mati bagi kota Jakarta. Dan sebaiknya dimulai dari diri sendiri. Dari kemacetan ini munculah gerakan “Bike to Work” yaitu gerakan menggunakan sepeda dalam bepergian untuk merealisasikan mengurangi kemacetan. Disamping usaha pemerintah mengurangi kemacetan.

Karena seperti yang menjadi tugas pemerintah untuk merealisasikan sarana dan prasarana dalam mengurangi kemacetan itu sendiri. Seperti perbaikkan monorel sampai menetralisasi jalan busway. Tapi, kalau malah manusianya kurang memanfaatkan apa yang ada. Sebab, ini semua masih target jangka pendek. Realita yang ada malah manusianya kurang memanfaatkan fasilitas yang ada. Mereka malah lebih senang menggunakan kendaraan pribadi mereka dalam berkendara.

Jadi, kowar-kowar kemacetan hanya akan menjadi kicauan burung. Komunitas “Bike to Work” adalah pemikiran cemerlang. Memang komunitas ini muncul ditengah-tengah maraknya kemacetan dikeluhkan masyarakat Jakarta. Komunitas yang sudah berdiri ini telah memiliki sekitar 10.000 anggota ang tersebar di beberapa penjuru kota di Indonesia selain Jakarta.

Visi yang menjadi tujuan utama komunitas ini adalah mengurangi kemacetan lalu lintas dengan menggunakan sepeda saat bepergian. Selain mengurangi kemacetan juga mengurangi polusi sebagai salah satu tujuan dari program go green yang selama ini baru terwujud dalam penanaman pohon saja.

Yang disayangkan niat baik komunitas ini nampaknya masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat luas dan pemerintah. Karena mereka ini juga sering menemui keluhan karena jalur sepeda yang dikhususkan bagi pengguna sepeda terkadang diserobot oleh kendaraan lain. Sehingga kenyamanan dalam menggunakan sepeda sangat terganggu.

Padahal kalau gerakan “Bike to Work” ini dilestarikan dan dijunjung. Maka, mimpi akan terbebas dari kemcetan akan tercapai. Karena pembangunan jalan saja dan perbaikkan transportasi umum tidak menjadi jaminan. Karena produksi mobil dan motor selalu bertambah. Dan bertambahnya produksi ini menambah enggannya masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, sebab mereka lebih senang menggunakan kendaraan pribadi yang mana terkadang satu keluarga di Indonesia memiliki lebih dari satu mobil.

Sesungguhnya gerakkan “Bike to Work” ini menuai apresiasi yang baik karena komunitas berangkat dari kesadaran pribadi-pribadinya untuk mengurangi kemacetan dan polusi. Namun, hanya saja sebuah keluhan masyarakat yang berupa kicauan atas kemacetan yang selama ini terjadi. Karena, realita mentalitas warga Indonesia yang hanya bisa menuntut tanpa mau sadar diri inilah yang menjadi faktor gagalnya pembangunan yang ada. Padahal mentalitas warga Indonesia sesungguhnya bukan yang seperti ini. Ini hanya sebuah program pencucian otak dari para komersialisme untuk menciptakan pola hidup yang malas dan konsumtif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun