Mohon tunggu...
Fuad Syahrudin
Fuad Syahrudin Mohon Tunggu... Freelancer - Totalitas, Aktivitas, Rutinitas

kebodohan adalah kehendak Tuhan agar ciptaannya mau belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Malala Ditembak Taliban Karena Berjuang Demi Hak Perempuan dan Pendidikan

6 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 6 Juli 2024   07:01 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah hak bagi semua manusia ciptaan tuhan, tidak memandang gender, agama, suku, ras dan bangsa. Semua berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Namun Tidak dapat dipungkiri, terkadang kita disaksikan oleh berbagai tindakan diskriminatif terhadap akses pendidikan tetapi kita tidak memiliki pengetahuan dan cara untuk memperjuangkannya.

Kali ini kita akan belajar dan sedikit berkenalan dengan sesosok gadis bernama Malala Yousafzai. Seorang gadis yang di masa mudanya harus menerima tembakan peluru di kepala dan rahangnya pada 9 Oktober 2012 akibat ulah kelompok fundamentalis Taliban. Peluru yang bersarang di tubuh Malala Yousafzai karena perjuangannya untuk mendapatkan hak pendidikan kaum Perempuan dan melawan tindakan diskriminatif  kelompok fundamentalis Taliban.

Malala Yousafzai seorang gadis remaja berusia 15 tahun yang masih sangat belia, cantik dan pandai. Biasanya anak seusia Malala Yousafzai lebih senang menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya, menghabiskan waktu ke mall, nongkrong, main game dan bersenang-senang mereguk masa remajanya. Tetapi Malala Yousafzai harus difokuskan melakukan perlawanan dengan kelompok fundamentalis Taliban yang mengancam pendidikan kaum Perempuan di negerinya. Berkat kegigihan dan perjuangannya, Malala Yousafzai tumbuh menjadi seorang aktivis dan dikenal sebagaipembela hak-hak perempuan dan pendidikan.   

Malala dan Masa Remajanya

Malala Yousafzai lahir di Mingora, sebuah kota kecil di Lembah Swat, Pakistan. Orang tuanya bernama Ziauddin Yousafzai (Ayah) dan Tor Pekai Yousafzai (Ibu), Malala merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah Malala merupakan pemilik dan pengelola Khuskal Public School dan sang ibu merupakan seorang ibu rumah tangga. Malala tumbuh dan besar di kawasan Lembah Swat, Mingora, Pakistan bersama dengan orang tua dan dua adik laki-lakinya.

Keberanian Malala berbicara tentang hak pendidikan perempuan berkat bimbingan dan tuntunan ayahnya yang merupakan seorang penyair, pemilik dan penglola sekolah, serta seorang aktivis pendidikan. Sedari kecil Malala mendapatkan didikan keberanian dari ayahnya. Ziauddin mendidik dan memberikan perlakuan khusus terhadap putrinya dengan cara yang berbeda dari anggota keluarga Pashtun pada umumnya. Ayah Malala memberikan kebebasan untuk Malala dalam memperoleh akses pendidikan setinggi-tingginya, membuka akses membaca, memberikan hak dalam mediskusikan isu-isu politik dan berpergian sendiri keluar rumah tanpa dampingan saudara laki-lakinya.

Ayah Malala, Ziauddin sangat setuju bahwa pendidikan adalah hak semua orang, baik laki-laki, perempuan, kaya, miskin semuanya. Karena baginya dengan memberikan akses pendidikan seseorang akan menjadi lebih baik dalam kehidupannya dan pendidikan menjadi sumber cahaya dalam hidup. Hal tersebut yang membuat Malala Yousafzai menjadi sosok perempuan yang berkarakter dan berani menyuarakan hak pendidikan perempuan.

Pena dan Perjuangan Malala 

Pada tahun 2007, situasi dan kondisi politik di negara Pakistan berubah sangat cepat dan drastis ketika kelompok fundamentalis Taliban dan militannya berhasil menguasai dan menduduki kota Swat dan mulai menerapkan kebijakannya. Pada tahun 2009, fundamentalis Taliban membuat sebuah keputusan konservatif yang menyatakan kaum perempuan harus berhenti sekolah. Mereka memaksa menghentikan semua kegiatan pendidikan bagi perempuan, Berbagai sekolah-sekolah perempuan di kota Swat di tutup dan kegiatan belajar bagi anak perempuan dilarang yang berakibat pendidikan menjadi lumpuh.    

Ayah Malala, Ziauddin secara terpaksa membawa diri dan anggota keluarganya bermalam dengan berpindah-pindah tempat setiap harinya agar anggota keluarganya terhindar dari serangan kelompok fundamentalis Taliban. Malala sedang bersekolah di Khuskal Public School dan tinggal di lingkungan yang sedang jatuh ke tangan kekuasaan Taliban, kelompok militan Taliban ingin menerapkan kebijakan hukum syariah di Pakistan. Sekolah untuk perempuan yang memaksa buka akan dihancurkan oleh militan Taliban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun