Mohon tunggu...
fuad mushofa
fuad mushofa Mohon Tunggu... -

seseorang yang terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Jalan Gus…

31 Desember 2009   09:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:41 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menghabiskan masa kecil di lingkungan NU tak membuat Sugeng Prihastomo gentar untuk mendekati Ningrum, putri ketua Pimpinan Anak Cabang Muhammadiyah di desanya. Tekadnya bulat, kadang nekat.

"Cinta tak mengenal aliran" Begitu kata Sugeng jika ditanya kenapa tetap nekat meski kedua orang tuanya melarang.

Menghabiskan masa kecil di Madrasah Ibtidaiyah yang kemudian diteruskan di Madrasah Tsanawiyah di lingkungan NU, mengenalkan Sugeng pada sosok yang membuat keyakinannya mendekati Ningrum semakin tinggi. Gus Dur, sosok yang membuat Sugeng yakin. Meskipun tidak mengenal secara langsung, dan hanya mendengar dari guru mata pelajaran Ke-Nu-an atau yang biasa disebut Nahdiyah, Sugeng begitu mengagumi sosok cucu pendiri NU itu.

Sugeng hapal Mars NU, dan masih ingat betul arti logo NU yang berupa bola dunia dikelilingi tali tampar dengan 9 bintangnya itu. Tapi pengetahuannya tentang NU tersebut justru mendapat angin dorongan balik begitu mengenal Gus Dur. Baginya Gus Dur bukanlah sekedar ketua PBNU yang mengajar dan menyebarkan ajaran Ahlisunnah Waljama'ah NU. Gus Dur baginya lebih seperti cerminan apa itu pluralisme, yang penerapannya sungguh sangat kompleks. Gus Dur boleh dikatakan 'memiliki' NU, tapi NU tidak memiliki Gus Dur, karena Gus Dur milik semuanya bukan hanya kaum Nahdliyin saja.

Kekaguman akan sosok Gus Dur juga yang akhirnya membuat Sugeng rela menyisihkan sebagian uang sakunya untuk membeli biografi Gus Dur yang ditulis bule Greg Barton. Semakin yakin saja Sugeng tentang pemahamannya terhadap Gus Dur selama ini, pluralisme.

*************************

Sambil menyalakan TV, Sugeng menghirup teh anget buatan Ningrum sore itu. Terasa hambar, tak menyangka, dan terkejut melihat running text di salah satu stasiun berita. Gus Dur Wafat. Singkat, tapi tak sesingkat kesedihan Sugeng yang kali ini tak tahan untuk membiarkan pipinya basah oleh air mata.

Selamat jalan Gus....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun