Â
      Santri adalah julukan bagi seseorang yang belajar dan mendalami agama Islam yang tinggal di pondok pesantren. Seorang santri memiliki keistimewaan yang berbeda dengan orang yang non-santri. Santri mengalami fase belajar, beramal, dan menguatkan sisi kereligiusannya selama di pesantren dengan mempelajari pemecahan masalah tertentu dengan merujuk pada kitab-kitab yang dipelajarinya. Karena itu, santri memiliki peran penting terhadap masyarakat non-santri untuk meluruskan permasalahan agama Islam yang kurang benar.
      Seseorang yang menyandang julukan Santri seharusnya menjaga perilakunya agar dipercaya dan di nilai baik oleh masyarakat. Apalagi sekarang ada di era globalisasi dan kemajuan teknologi, membuat masyarakat lebih mudah mendapat informasi yang asli maupun palsu tentang apa saja yang dilakukan manusia yang ada didunia ini. Akhir-akhir ini begitu banyak ternodai nama baik santri disebabkan banyak bermunculan di media  sosial tentang kasus-kasus yang di sebabkan oleh seseorang yang menyandang nama santri seperti, penganiayaan, pencabulan, bullying dan masih banyak lagi. Entah apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang melihat berita kasus-kasus tersebut, apakah masih tetap mempercayai seorang santri atau malah tidak lagi mempercayai santri tentang keteladanannya.    Â
Kondisi sekarang banyak yang berbeda dengan masa lalu. Di masa lalu, santri sangat ta'dzim terhadap kiai, sangat tawadhu' dan sangat serius akan belajarnya. Santri dulu rela mengorbankan dirinya demi menguasai ilmu agama Islam, mulai dari menghabiskan hidupnya hanya untuk membaca kitab hingga sampai rela melakukan penelitian kepada orang-orang dan itu tidak dengan waktu tempuh 2-3 minggu saja tetapi bertahun-tahun lamanya. Tak heran, santri zaman dulu banyak yang sangat dipercaya, dihormati, dan bukan hanya itu saja, santri zaman dulu juga banyak yang menjadi seorang kiai yang do'anya sekali ucap langsung terkabulkan sehingga perbuatannya menjadi panutan dan digugu masyarakat.
      Tetapi apa boleh buat, zaman telah berubah. Dulu santri dianggap sebagai seseorang yang sangat saleh dan kaya akan akhlak, kini sebagian orang menganggap bahwa seakan-akan perilaku santri sekarang seperti orang yang non-santri bahkan lebih buruk darinya. Contohnya santri zaman sekarang di zaman teknologi ini, santri banyak memilih menjadi terkenal dan viral di media sosial, hingga dengan upaya apa pun dia lakukan demi membuat kontennya terlihat oleh banyak penonton sampai-sampai dia meninggalkan akhlaknya, menyimpang dari syariat Islam, dan lebih parahnya lagi sampai-sampai dia rela memperlihatkan auratnya. Dampak buruknya tidak senantiasa dirasakan oleh santri saja tetapi seorang kiai akan terkena juga dampaknya seakan-akan seorang kiai mendidiknya tidak dengan serius, padahal seorang kiai sendiri sangat-sangat menjaga marwahnya tetapi begitu semudah itu tercoreng oleh seorang santri yang tidak serius akan belajarnya dan berbuat perilaku yang tidak pantas. Padahal seorang santri yang berbuat perilaku tidak pantas sebenarnya itu bukan dari seberapa serius kiai mengajar tetapi seberapa serius anak itu belajar. Seorang kiai tidak mungkin mengajar tidak dengan serius, karena penyandang nama kiai itu tidak senantiasa dirinya sendiri yang menyebut dan mengeklaim sebagai kiai, tetapi itu didapat dari perjuangannya yang dulunya seorang santri yang sangat berjuang akan belajarnya dan mengamalkan apa yang di pelajarinya kepada masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat menganggap beliau sebagai orang yang pantas digugu dan sangat menguasai akan ilmu tentang agama Islam maka dari itu masyarakat memberi gelar dengan sebutan kiai.
      Dengan dibuktikan banyaknya kasus yang sedang banyak bermunculan di media sosial akhir-akhir ini seperti penganiayaan santri yang berada di pondok terkenal yaitu pondok modern Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa timur, menjadi sorotan. Penganiayaan itu akibat adanya senioritas pas kegiatan perkemahan bermula dari hilang dan rusaknya perlengkapan perkemahan, terus muncullah kemauan para senior untuk menegakkan keadilan dan memberi pelajaran kepada juniornya. Lalu, mungkin terbawah emosi akhirnya perbuatan yang awalnya menegakkan keadilan malah dia yang seharusnya ditegakkan. Ini salah satu bukti bahwa kurangnya ketawadhu'an dan akhlak santri, yang seharusnya bisa diselesaikan dengan kepala dingin malah memilih dengan kekerasan yang berakibat kematian.
      Bayangkan jika masyarakat tidak mempercayai santri lagi sehingga yang di anut oleh masyarakat adalah seseorang yang dianggapnya baik, padahal mereka tidak tahu bahwa ajaran itu menyesatkan mereka, bagaimana nasib negara Indonesia ini. Maka dari itu bagi para santri sebaiknya menerapkan apa saja yang sudah diajarkan di pondok pesantren. Karena perilaku yang baik itu tumbuh dari diri kita sendiri, Apabila kita membiasakan perbuatan yang baik di kehidupan sehari-hari kita maka kita akan terbiasa dengan perbuatan baik kita dan begitu juga sebaliknya jika kita sering berperilaku buruk di kehidupan sehari-hari kita maka kita akan terbiasa berperilaku buruk.  Ingat, masa depanmu bukan sekedar main-main saja, belajarlah seserius mungkin dan gunakan ilmumu dengan sebagai mana keperluannya, jangan gunakan ilmumu buat menipu orang yang tidak berilmu. Lengkapi juga dengan berakhlak yang baik, percuma kalau kita punya ilmu sebesar gunung kalau akhlak kita sekecil kutu maka kita tidak akan dipercaya orang lain jika kita mengamalkan ilmu kita gara-gara minusnya akhlak.
Pesan buat masyarakat, jangan menilai seseorang dari sisi buruknya saja, santri juga manusia yang tempatnya salah dan dosa, mungkin dia sudah mencoba melakukan hal baik yang dia mampu hingga karena takdir yang dia alami menyatakan seperti itu mau berbuat bagaimana lagi. Pepatah pernah berkata, jangan lihat siapa yang bicara tapi lihatlah apa yang dibicarakan.
     Â
Â
Â