Selasa, 21 agustus 2012, untuk pertama kalinya semenjak kami lulus dari sekolah menengah pertama, kami mengadakan reuni, atau lebih tepatnya sekedar ngumpul untuk temu kangen saja, karena memang penyelenggaraannya dadakan, tidak ada panitia penyelenggara, dan undangannya pun informal, dari mulut ke mulut serta melalui jejaring sosial. Walaupun begitu, acara berjalan meriah dan akrab, meskipun hanya dihadiri oleh kurang lebih lima puluh orang, kebanyakan dari angkatan 1990 dan 2004 saja. Terlihat jelas bedanya, kami angkatan 2004 yang notabene baru aja lulus kuliah, atau baru beberapa tahun bekerja bagi yang tidak melanjutkan pendidikan, dibandingkan dengan kakak kakak senior dari angkatan 1990, yang terlihat lebih sukses secara kehidupan ekonominya, status sosial maupun kehidupan rumahtangganya. Kebanyakan dari mereka sudah membawa suami atau istri beserta anak anaknya. Yang cukup menarik adalah ada beberapa yang dulunya sekelas di SMP, kini menjadi suami istri, mungkin sudah pacaran dari dulu ya. Ada juga yang sudah sampai dua generasi bersekolah di sekolah ini, ketika ada reuni, orang tua dan anaknya datang bersamaan, sama sama almamater sekolah ini juga. Sedangkan kami, hampir semua yang datang dari angkatan kami masih lajang. Sepertinya ada gap yang cukup lebar, membuat kami hanya bisa diam dan mendengarkan cerita cerita sukses dan menarik dari kakak kakak tadi. Sisi positifnya, mereka menginspirasi kami agar kami bisa sesukses atau bahkan melebihi mereka. Almamater tercinta kami, belum banyak berubah. Secara fisik hanya terlihat beberapa penambahan ruang kelas baru, akan tetapi, layout dan tata ruangnya terlihat kurang terencanakan dengan baik. Taman taman yang dulu ada di depan tiap ruang kelas sudah tidak ada lagi, membuat pemandangan di depan kelas menjadi gersang, tidak ada lagi nuansa hijau yang menyejukan mata seperti yang dulu kami dapatkan. Kami mencoba menengok ke bagian belakang, ada kemajuan, penambahan dan renovasi beberapa toilet yang dulu memprihatinkan, sekarang sudah terlihat cukup baik dan layak, hanya saja disana sini masih banyak coretan coretan siswa siswi yang kurang jelas. Mungkin saja itu merupakan salah satu media mereka untuk mengungkapkan aspirasinya. Tugas para guru mengarahkan mereka untuk menuliskan aspirasinya ditempat yang benar, dengan cara yang benar pula. Secara prestasi, informasi yang kami dengar, cukup memprihatinkan. Sekolah yang cukup lama berdiri ini, kini mulai tersaingi oleh sekolah sekolah baru yang baru beberapa tahun belakangan ini didirikan di kecamatan kami. Hal ini terlihat dari perolehan nilai lulusannya yang lebih rendah dibandingkan sekolah sejenis yang masih baru di kecamatan ini. Saya kurang tahu apakah penilaian prestasi sekolah ini cukup dilakukan dengan perolehan nilai ujiannya saja, saya kira tidak. Masih banyak aspek aspek lain yang tentunya sangat berpengaruh pada kualitas siswa lulusannya. Memang seringkali aspek aspek tersebut hanya bisa dilihat secara kualitatif, sehingga sulit untuk bisa diukur dan dibandingkan dengan sekolah lain. Dari diskusi yang terjadi selama pertemuan tadi, kami sepakat untuk mulai ikut berkontribusi untuk kemajuan almamater kami ini. Dari angkatan angkatan senior, sudah mulai berjalan pegumpulan dana rutin tiap bulan. Tujuannya untuk pemberian beasiswa bagi anak anak yang memang membutuhkannya di sekolah ini. Selain dalam bentuk beasiswa, mereka juga sudah berkontribusi dalam pengadaan buku buku perpustakaan. Buku buku bagus yang seringkali susah didapatkan di sekolah yang terletak di pedesaan ini, didatangkan dari tempat tempat lain di kota kota besar. Tujuannya agar anak anak sekolah disini juga mendapatkan informasi, inspirasi dan wawasan yang tidak kalah dari sekolah sekolah lain di kota. Agar mereka berani bermimpi, karena bermimpi setinggi apapun itu gratis, dan membuat mereka berani untuk merealisasikan mimpi mereka itu menjadi kenyataan. Kami berharap, dari kontribusi kami yang kecil, akan membawa perubahan yang lebih baik untuk sekolah ini, untuk siswanya, dan untuk masyarakat di daerah sekitarnya. Kami ingin sekolah ini tetap menjadi sekolah yang difavoritkan oleh masyarakat disekitarnya. Bagaimanapun juga, sekolah ini telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menuntut ilmu selama tiga tahun, mendapatkan ilmu yang barangkali sekarang sudah bisa bermanfaat bagi kami dan orang lain. Terima kasih, sekolahku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H