Generasi Z atau disingkat dengan Gen Z merupakan anak-anak yang lahir antara awal tahun 1990-an sampai 2010-an sebagai akhir tahun kelahiran. Generasi yang penuh dengan tekanan batin maupun tekanan fisik. Menurut sejumlah penelitian, gen z adalah generasi yang sangat rentan mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini berkaitan aktivitas hidup yang mereka jalani saat ini sebagai generasi sosial.
Kesehatan mental tak kalah penting dengan kesehatan fisik, karena kesehatan mental berdampak besar pada semua bidang kehidupan. Kondisi kesehatan mental yang baik akan membuat batin seseorang menjadi tenteram dan tenang sehingga bisa menikmati kehidupan sehari-hari.
Lantas, apa saja sih penyebab masalah kesehatan mental gen z itu ? berikut adalah penyebabnya :
- Overthinking
Tentunya kita sudah bukan asing lagi tentang overthinking. Karena istilah itu sering digunakan oleh individu gen z. Yang dimanaa overthinking adalah istilah yang ditujukan pada orang-orang yang terlalu banyak berpikir. Orang yang terkadang sering memikirkan hal-hal sepele secara berlebihan.
Terutama pada kondisi seperti ini sering dialami oleh para gen Z. Berbagai macam masalah yang timbul dan banyaknya tekanan yang dihadapi membuat individu sulit untuk menemukan cara mengatasi masalah itu Alih-alih menemukan cara untuk keluar dari masalah itu justru mereka individu gen Z tenggelam dalam pikirannya. Sehingga hal yang seharusnya bisa mereka selesaikan malah menjadi beban pikiran yang akhirnya menimbulkan mentalnya melemah dan psikisnya terganggu.
- Stres
Rentetan peristiwa yang dialami oleh para gen z yang tidak menemui titik terang akhirnya membuat suasana hati mudah berubah, frustrasi, depresi dan sulit untuk menenangkan pikiran. Perubahan-perubahan itu apabila tidak teratasi, akan memberikan dampak yang cukup signifikan pada kesehatan fisik maupun mental. Banyak gen z yang saat ini merasa tertekan pikirannya sampai pada akhirnya kesehatan mental mereka terganggu dan bermasalah.
- Trauma
Ketakutan akan hal yang sudah terjadi akan terulang kembali. Entah dari hubungan asmara yang kandas, keluarga yang tidak harmonis dan hal lain yang membuat para gen z takut untuk mengulangnya. Banyak kasus trauma yang dihadapi oleh para gen z ini membuat mereka takut untuk memulai hal yang baru. Tentunya dengan rasa trauma yang dirasakan oleh gen z menimbulkan efek kecemasan dan ketakutan pada generasi ini. Takut untuk apakah hal itu akan terulang kembali dan merasakan hal yang sama lagi ? Apakah hal yang dirasakan saat itu akan hilang begitu saja ? Hal itulah yang sulit dipecahkan oleh para gen z.
- Kondisi keuangan yang tidak stabil
 Setelah dihadapkan dengan pandemi covid-19 yang membawa pengaruh besar dalam kehidupan gen z, akhirnya banyak dari mereka yang mengalami PHK, pengurangan gaji, pengangguran akhirnya membuat keuangan mereka menjadi buruk. Berbagai kebutuhan yang harus mereka cukupi tidak bisa mereka tanggung karena keuangan yang tidak stabil. Situasi itu memperburuk para gen z dalam menjalani kesehariannya. Mereka individu gen z akan lebih murung memikirkan bagaimana nasib kedepannya.
Bagi gen z yang sudah lulus kuliah atau mau lulus pastinya mendapat tekanan yang besar, mengingat kehidupan baru akan mereka jalani. Karena diusia gen z ini tuntutan kehidupan menjadi nomor 1 yang harus diselesaikan. Hal ini tentunya menjadi masalah yang serius. Sebagai generasi z yang kehidupannya lebih modern daripada generasi sebelum-sebelumnya, tentunya banyak hal baru yang menjadi tantangan untuk dilewati. Di tengah kesibukan menjalani kehidupan sehari-hari dan banyaknya pikiran yang berlalu lalang menjaga Kesehatan mental menjadi prioritas utama di samping menjaga Kesehatan fisik. Jika pikiran tenang dan tanpa beban berat yang dirasakan hidup akan menjadi lebih berarti dan kita bisa merasakannya.
Lalu cara apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut bagi para gen z ? Berikut beberapa cara untuk mengatasinya.
- Coba ceritakan masalahmu kepada orang terdekat
Tidak selamanya masalah yang terjadi bisa kita hadapi sendiri. Tentunya kita butuh orang lain untuk membantu kita dalam menangani hal tersebut, walaupun itu hanya sekadar mendengarkan keluh kesah kita. Jangan sampai kita hanya memendam sendiri pikiran itu, dan tidak mau untuk membagikannya kepada orang lain.
