-An animal symbolicum-
Tiada keraguan bahwa bahasa merupakan unsur pokok dan prasyarat utama keberadaan dan jati diri manusia. Antara bahasa dan manusia ia terdapat semacam hubungan yang saling menyifati. Bahasa merupakan penanda status kemanusiaan kita dan yang dimaksud dengan bahasa ialah bahasa manusia, ciptaan, dan hanya milik manusia. Manusia adalah satu-satunya pemilik sah bahasa.
Bahasa tidak hanya sebagai media untuk berkomunikasi, tetapi lebih dari itu, bahasa memberi citra keagungan bagi manusia, sehingga ia menjadi kekuatan untuk membedakan mana yang suci dan luhur, serta mana yang rendah dan hina. Bahasa juga merupakan kekuatan untuk dapat mengungkapkan sesuatu yang indah dalam hidupnya.Â
Manusia menempati posisi sentral dalam bahasa, bahkan ia merupakan landasan fundamental yang mengarahkan bahasa ilmu pengetahuan agar tidak terjebak dalam sikap egois yang sempit.Â
Telaah epistemologi bahasa menunjukan bahwa bahasa berfungsi untuk mengkomunikasikan tiga hal yaitu: jalan pikiran, perasaan, dan sikap. Ini terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari bahasa mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif. Itu artinya bahasa tidak hanya mengemukakan jalur pikiran, tetapi lebih dari itu ia membentuknya.Â
Artinya, melalui bahasa manusia mampu membaca nilai-nilai, perasaan, budaya, ungkapan kecerdasan, kreativitas, serta daya intelektualitas manusia itu sendiri, dengan kata lain melalui bahasa manusia mampu untuk mengenal lebih dalam tentang dirinya sendiri. Jalan pikiran demikian mengantarkan kita pada analisis mengenai 2 ciri bahasa, yakni bahasa sebagai rangkaian bunyi dan lambang yang membentuk arti tertentu.Â
Melalui bunyi, manusia dapat menyampaikan pesan kepada orang lain, dan melalui lambang, manusia dapat membentuk berbagai lambang dengan keanekaragaman arti secara arbitrer. Maka dari sini bisa kita lihat bahwa urgensitas fungsi dari bahasa adalah ia mampu untuk membuat semacam simplifikasi realitas yang kompleks agar supaya mudah dipahami. Manusia mampu membentuk lambang guna menandai suatu kenyataan, sedangkan binatang tidak mampu untuk melakukan itu semua.
Secara filosofis, sebutan manusia sebagai makhluk pengguna simbol ia memiliki cakupan yang lebih luas dibanding  dengan sebutan manusia sebagai makhluk yang berpikir (homo sapiens), karena hanya dan hanya bila menggunakan bahasa lah, maka manusia bisa berpikir dengan runtut, teratur, canggih, dan abstrak. Sebagaimana kita melihat sejarah prestasi kolektif manusia bahkan hingga hari ini, seperti khazanah pengetahuan keilmuan, kemajuan peradaban, bahkan hingga keadiluhungan budaya, itu semua hampir tidak bisa diwujudkan jika tanpa peran bahasa sebagai prasyarat utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H