Seperti dugaan mayoritas pencinta sepakbola, Juventus belum mampu mengalahkan Barcelona di final Liga Champions yang berlangsung di kota Berlin. Pertandingan yang berakhir dengan 3-1 (1-0) untuk kemenangan Barcelona disambut dengan suka cita oleh para pendukung Barcelona. Sebaliknya, para fans Juventus menangis meratapi kekalahan tim kesayangan mereka Juventus.
Dalam pertandingan akan selalu ada yang kalah dan ada yang menang. Kalaupun dalam 2 x 45 menit berakhir akan diperpanjang 2 x 15 menit untuk mencari siapa pemenangnya. Andaikata masih imbang setelah perpanjangan waktu, akan dilanjutkan dengan tendangan penalti masing-masing tim memperoleh kesempatan menembak 5 kali. Masih juga imbang ? Tendangan penalti akan dilanjutkan sampai ketemu pemenangnya. Intinya harus ada pemenangnya.
Oleh karena ada yang kalah dan ada yang menang, maka kekalahan harus ditanggapi dengan wajar saja. Walau begitu tidak mudah bagi para pendukung Juventus untuk menerima fakta seperti ini. Bahkan Andrea Pirlo dan Gianluigi Buffon pun terlihat sedih dan keluar air mata. Dua pemain senior ini adalah sisa dari skuad ketika Italia menjadi juara Dunia pada 2006, selain Marechisio.
Dari luar itu semua, yang utama adalah menganalisis kekalahan Juventus dari Barcelona sekaligus mencaritahu kemenangan Barcelona.
Penyebab kekalahan.
Lepas dari mayoritas penggemar sepakbola yakin Barcelona mampu akan mengalahkan Juventus, sebetulnya peluang kedua tim boleh dikatakan sama besar. Ini dikarenakan sebagai tim kekuatan Juventus berimbang dengan kehebatan skuad Barcelona. Oleh karena kekuatan kedua tim berimbang, maka yang akan menentukan kemenangan adalah pemilihan strategi yang tepat oleh pelatih. Kemudian yang akan mengantarkan kemenangan adalah ada atau tidaknya kesalahan yang dibuat oleh kedua tim yang bertarung. Salah sedikit saja akan menyebabkan fatal bagi tim yang membuat kesalahan tersebut. Kedua pelatih dan para pemain tahu bahwa pertandingan final hanya satu kali, tidak ada home and away. Karena itu kedua tim akan menghindar dari kesalahan dan berupaya membuat gol cepat.
Di luar perkiraan banyak orang Juventus mengambil inisiatif penyerangan. Padahal seperti umumnya tim-tim Italia, Juventus cenderung bertahan dan melakukan serangan balik. Nampak sekali bahwa Allegri menginginkan gol cepat. Tapi, lini belakang Barcelona sudah siap sebagaimana diinstruksikan oleh pelatih Luis Enrique. Kuartet pertahanan Barcelona, Alves-Pique-Mascherano-Alba bermain sangat kompak, cermat, dan lugas. Apalagi dibantu oleh Busquets yang membantu pertahanan.
Sebaliknya trio NMS dari Barcelona yang terdiri dari Neymar-Messi-Suarez juga menginginkan gol cepat. Trio ini menyadari bahwa mereka akan dijaga ketat, terutama Messi. Pertahanan Juventus tidak kalah sigapnya. Kuartet Lichsteiner-Barzagli-Bonucci-Evra tidak kalah kualitasnya dengan kuartet pertahanan Barcelona. Bahkan boleh jadi duo Barzagli-Bonucci sedikit lebih baik dari duo Barcelona Pique-Mascherano. Sayang tidak ada Chiellini yang akan membuat pertahanannya mayoritas Italia.
Menyadari dirinya akan dijaga ketat, Messi tidak egois. Ia bahkan mendorong Suarez dan Neymar lebih aktif menyerang. Juga Ivan Rakitic gelandang serang baru Barcelona asal Kroasia. Ternyata Rakitic lah yang mampu menciptakan gol cepat di menit ke 4 yang membuat Gianluigi Buffon kiper hebat dan berpengalaman tidak berdaya. Duo Barzagli-Bonucci tidak mampu menutup kecepatan Rakitic melepaskan tembakan.
Ketinggalan 0-1 tidak membuat Juventus patah semangat. Mereka makin getol menyerang dengan dirigin Andrea Pirlo. Dengan posisi sebagai gelandang bertahan ditarik ke belakang Pirlo melancarkan umpan-umpan pendek dan juga umpan-umpan panjang. Pertempuran di sektor tengah tidak bisa dicegah. Pirlo dibantu oleh Pogba, Marchisio, dan Vidal, memperebutkan setiap lahan kosong dengan Busquet, Rakitic, dan Iniesta sang pengatur serangan. Walaupun bola sedikit lebih banyak dipegang Juventus, lini belakang Juventus dibuat tidak tenang. Sebab Barcelona kali ini memang polanya berbeda dengan pola Guardiola. Barcelona yang sekarang senang memberikan umpan panjang dengan tiba-tiba. Alhasil setelah unggul 1-0, Barcelona tetap bisa mempertahankan keunggulannya sampai waktu istirahat. Satu catatan menarik bahwa kuartet pertahanan Barcelona sangat disiplin – mereka tidak pernah terpancing untuk ikut naik.
Tetap menyerang: