Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengenal Lebih Jauh "Pharmacy Benefits Management"

6 Februari 2019   19:04 Diperbarui: 13 Februari 2019   19:14 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: unsplash.com

Selain itu, obat juga sangat berharga dalam tindakan preventif, pencegahan sakit. Dengan tindakan preventif tentu saja harus didukung oleh pola gaya hidup sehat dan disiplin termasuk secara rutin memeriksa kesehatan ke dokter. Ini pada hakekatnya sangat meningkatkan nilai kehidupan manusia. Dengan gaya hidup seperti ini dengan sendirinya mengurangi sakit yang berarti mengurangi makan obat. Bagaimanapun obat itu sesuatu yang mahal.

Obat itu mahal:

Untuk membuktikan bahwa obat itu mahal, sekaligus menjawab keresahan masyarakat Amerika Serikat, Gallup Poll, pada 1999, ternyata bahwa 37% dari tiap 1 USD dibelanjakan untuk obat, Pertanyaan berikut adalah mengapa obat mahal. Jawab paling pendek adalah bahwa biaya untuk riset menemukan obat baru dan inovatif sangatlah mahal. Faktanya bahwa industri farmasi yang berbasis riset untuk menemukan obat baru dan inovatif boleh dikatakan bisa dihitung dengan jari.

Lokasi industri farmasi tersebut hanya pada negara-negara tertentu antara lain Amerika Serikat, Jerman, Swiss, Perancis, Inggris, dan Jepang. Ada juga seperti Denmark.

Sisanya yang ratusan bahkan ribuan bertebaran di penjuru dunia hanya mengandalkan formulasi dan me-too drug, dan generik, Tingginya biaya riset dan pengembangan antara lain tenaga sumber daya manusia yang sangat berkualitas dan kompeten. Para profesional dengan latar belakang akademis spesialis dan super spesialis adalah tulang punggung dari industri obat berbasis riset untuk menemukan obat baru dan inovatif.

Faktor lain yang membuat obat mahal khususnya obat baru dan inovatif adalah beban tambahan untuk mendesain, memproduksi, dan melatih para materi serta pelatihan bagi profesional kesehatan di seantero dunia sehingga memahami berbagai aspek obat baru dan inovatif tersebut termasuk farmakodinami, farmakologi, dan farmaterapetika. Ini yang disebut sebagai added-value drug package.

Cost-containment vs Cost effectiveness:

Awalnya sebagai strategi untuk menanggulangi mahalnya obat dipakai strategi yang disebut sebagai cost-containment Pendekatan ini sangat strategis karena memakai preferensi harga dan diskon. Namun strategi ini sudah ditanggalkan. Akan halnya pilihan obat yang tepat seringkali pilihannya terhadap obat yang lebih mahal karena bekerja lebih cepat.

Pembandingnya adalah obat yang lebih murah akan tetapi bekerja lebih lambat. Sementara obat yang lebih mahal umumnya diminum dengan frekuensi yang lebih rendah. Hanya saja, obat bisa menjadi mahal karena diperlukan edukasi dari para profesional kesehatan. Ini tidak bisa dihindari bagi obat-obat tertentu.

Kembali kedua terminologi yang kerap tertukar dalam pemakaiannya antara cost-containment vs cost-effectiveness, perbedaannya jelas karena cost-containment pendekatannya hanya harga sedangkan cost-effectiveness tidak hanya melulu harga namun ada aspek efektifitasnya. Singkatnya obat yang memiliki aspek efektifitas biaya memberikan luaran yang sama positif aspeknya tetapi pada harga yang lebih murah, atau harganya sama namun lebih efektif.

Satu catatan penting tiap tahun sekitar 5000 obat baru dievaluasi obat, dan hanya satu yang lolos. Sementara itu setidaknya diperlukan waktu sekitar 12 tahun untuk menemukan obat baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun