Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menakar Risiko Sakit

7 Agustus 2017   13:25 Diperbarui: 9 Agustus 2017   16:32 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sakit tidak bisa dicegah. Sakit merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa yang tidak pernah sakit? Setiap orang pasti pernah mengalami sakit.  Persoalannya adalah apakah sakit itu ringan atau berat. Kemudian, apakah sakit itu hanya dalam waktu singkat atau berkepanjangan atau menahun.

Pada umumnya, sebelum kita jatuh sakit, tubuh sudah memberikan tanda-tanda. Di antara tanda-tanda tersebut antara lain adalah bersin berkali-kali yang merupakan sinyal bahwa tubuh sudah penat dan harus istirahat agar tidak terjadi flu. Tanda-tanda lain adalah timbulnya benjolan, gatal-gatal, muntah, atau nyeri di dada sebelah kiri. Cepat lelah juga merupakan tanda-tanda penting yang sayangnya sering diabaikan oleh banyak orang terutama yang muda usia.

Salah satu akibat sakit ringan apa pun adalah yang bersangkutan akan terganggu produktifitas dan irama kerjanya. Kalau gangguan tersebut berat bahkan boleh jadi yang sakit tidak akan bisa bekerja. Risiko sakit seperti ini seringkali dianggap biasa saja. Ini karena banyak yang berpegang kepada pendapat bahwa sakit merupakan dari kehidupan manusia.

Andaikan pada satu kesempatan yang sakit jumlahnya banyak, misalnya 100 orang pekerja dari suatu pabrik yang memiliki sumber daya manusia 10.000 orang yang bekerja tiga jadwal, maka berapa besar dampak finansial dari perusahaan tersebut. Pasti jumlahnya tidak sedikit.

Kemudian, dalam skala yang lebih makro, bagaimana jika dalam satu bulan penduduk suatu negara yang sakit mencapai jumlah sekitar 10 juta orang dari populasi 150 juta. Jika ditelaah secara rinci maka jelas sekali dampak ekonomi terhadap negara tersebut sangat signifikan. Kesimpulan sementara adalah bahwa ada yang salah dalam sistem pelayanan kesehatannya termasuk aspek penyuluhan kepada masyarakat. Penyebab lain adalah boleh jadi mayoritas dari yang sakit adalah mereka yang enggan untuk menjalani program hidup sehat. Selain itu, bisa saja penyebabnya adalah bahwa sebagian dari yang sakit menganggap remeh penyakit tersebut dan cenderung tidak mematuhi perintah dokter.

Tapi, tidak jarang ada yang bahkan bagaikan mengundang datangnya penyakit. Ini terjadi pada kasus aktor sinetron Tora Sudiro dan istrinya Mieke Amelia yang ditangkap polisi di rumahnya karena kedapatan memiliki 30 butir Dumolid. Boleh jadi pasangan suami istri ini sudah tahu efek sampingnya yang bisa menimbulkan depresi, gangguan emosi, dan gangguan pada frekuensi nafas. Bahkan bagi yang kecanduan Dumolid dan jika berhenti tiba-tiba memakai Dumolid akan susah tidur (insomnia). Namun, nampaknya yang dilihat oleh Tora dan Mieke  adalah kemampuan Dumolid dalam meningkatkan aktifitas. Padahal Dumolid yang mengandung Nitrozepam pada dasarnya adalah obat penenang yang hanya bisa dibeli dengan resep dokter.

Risiko:

Pada dasarnya  risiko harus bisa diperhitungkan oleh setiap orang. Karena risiko bisa muncul setiap saat. Hanya saja untuk mengetahui ada atau tidaknya risiko terutama adalah tergantung kepada pengetahuan seseorang. Seberapa jauh seseorang memahami risiko, misalnya dalam meminum obat jelas akan tergantung kepada informasi yang sudah diterima.

Aspek pengetahuan adalah unsur sangat penting dalam memahami dan mengenal risiko. Oleh karena itu program penyuluhan dilakukan agar masyarakat tahu adanya risiko terhadap kesehatan tubuh. Solusinya adalah setiap orang menjalani pola hidup sehat. Namun demikian, pola hidup sehat lebih mudah untuk diucapkan ketimbang dilaksanakan. Karena selain pengetahuan maka harus ada dorongan dari diri sendiri untuk melaksanakan pola hidup sehat demi mencegah risiko yang tidak diinginkan. Kemudian, langkah berikutnya adalah mempunyai disiplin dalam melaksanakannya.

Aspek kedua dalam memahami risiko selain pengetahuan adalah sikap seseorang. Dalam realitanya sering dijumpai seseorang melakukan tindakan yang risikonya tinggi buat dirinya.  Boleh jadi yang bersangkutan tahu misalnya merokok itu berisiko untuk tubuh manusia. Namun, yang bersangkutan menganggap remeh adanya peringatan bahwa merokok itu harus dihindari. Sikap negatif semacam ini banyak dijumpai khususnya di antara mereka yang pemahaman tentang kesehatan rendah dan berasal dari kelompok masyarakat yang pendidikannya belum memadai.

Arah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun