Sekilas sepertinya mudah dengan membentuk kabinet koalisi, dengan asumsi nama-nama yang berasal dari berbagai partai adalah para ahli semua. Baru belakangan muncul berbagai masalah. Di antara masalah-masalah tersebut adalah kinerja, korupsi, dan yang paling repot adalah kerja sama. Kondisi seperti ini jelas membuat pusing Presiden. Ibarat suatu tim sepakbola, pelatih repot kalau menangani tim yang tidak solid. Apalagi kalau mengatur para pemain bintang, pasti lebih sulit. Tidak banyak pelatih yang mampu mengatur pemain bintang. Jose Mourinho adalah salah satu pelatih yang mampu.
Akan halnya zaken kabinet, atau kabinet ahli, boleh jadi sudah dipikirkan secara matang oleh Jokowi-JK Untungnya sejak awal Jokowi dengan tegas mengatakan menolak adanya dagang sapi. Namun, dalam realita koalisi partai-partai pendukung Jokowi-JK bukan mayoritas, Di luar masalah ini, nampaknya Jokowi-JK tetap harus hati-hati dalam menyusun kabinet. Upaya menerima masukan masyarakat bagus dalam arti pendekatan kepada rakyat. Tetapi, pada akhirnya faktor-faktor seperti partai pendukung awal, yang mendukung belakangan (baca : mungkin Demokrat dan PAN), dan para profesional serta mereka yang dari Perguruan Tinggi, sedang menunggu keputusan akhir Jokowi-JK. Apapun yang akan diputuskan, hendaknya memegang prinsip 3 K, kompetensi, komitmen, dan konsistensi. Kalau aspek kompetensi, tinggal lihat cv. Tapi kalau soal komitmen dan konsistensi, pasti tidak mudah. Rekam jejak adalah salah satu solusi. Selebihnya, hasil tatap muka dengan Jokowi-JK sendiri yang akan menentukan. Dengan pengalamannya jokowi-JK nampaknya sudah paham dengan masalah ini. Semoga.
Â
*Penulis adalah pengamat masalah-masalah kemasyarakatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H