Kesenian tongklek merupakan salah satu kesenian asli dari daerah Tuban. Seni tongklek biasanya terdiri dari 6-8 orang pemain atau lebih.Â
Alat musik yang dimainkan meliputi bass, snare, bonang, kenthongan, gong, dan saron sebagai alat utamanya. Kesenian ini biasanya sering dimainkan oleh para pemuda pada bulan Ramadhan untuk membangunkan orang sahur.
Seiring berjalannya waktu, seni tongklek sudah menjadi kesenian yang berkembang.Â
Banyak para pemuda yang menjadikan seni tongklek sebagai sarana hiburan. Berbagai festival atau lomba-lomba tongklek sekarang sudah mulai banyak ditemukan di daerah Tuban, Bojonegoro, dan sekitarnya. Tak heran jika saat bulan puasa tiba banyak Lembaga-lembaga atau instansi yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.Â
Selain dijadikan untuk festival, seni tongklek sekarang sudah dijadikan sarana untuk menghibur orang-orang yang mempunyai hajat, seperti perkawinan, khitanan, ulang tahun dan lain sebagainya. Pada awalnya, seni tongklek adalah sebuah alunan musik yang sangat sederhana.Â
Namun sekarang seni tongklek sudah berevolusi menjadi musik yang mendekati campursari bahkan bisa seperti musik dangdut. Sehingga, sekarang banyak ditemui grup seni tongklek yang menambahi personelnya dengan penyanyi. Â
Pada saat pandemi Covid-19 masuk di Indonesia, yang terpaksa harus dilakukannya sekolah dengan tatap muka, para pemuda Desa Mojomalang mempunyai inisiatif untuk membentuk grup tongklek untuk mengisi waktu luang mereka disaat pembelajaran daring.Â
Pada awalnya mereka menyewa alat tongklek untuk sekadar berlatih sendiri dan juga untuk mengamen keliling desa. Hal itu dilakukan terus-menerus sampai pada akhirnya ada yang menyumbangkan uang untuk membeli saron/gambang.Â
Dari sumbangan dan dari hasil mengamen itu lah, satu demi satu alat yang digunakan sudah lengkap.