Wisata pendidikan atau biasa kita sebut study tour sedang ramai diperbincangkan oleh publik, terlebih setelah peristiwa kecelakaan maut yang menewaskan 11 pelajar asal Depok.
Study tour bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa dengan mengunjungi tempat edukasi yang mengandung sejarah dan budaya. Contohnya museum, taman pintar, tempat peninggalan sejarah seperti candi, prasasti, dan lain-lain.  Study tour juga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman nyata diluar kelas. Dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik  yang menyenangkan, bervariasi dan menantang. Study tour akan menjadi kenangan yang bisa mereka kenang saat lulus nanti, mereka dapat mengekspresikan diri bersama teman-temannya melalui kegiatan study tour.
Namun, terlepas dari itu semua study tour juga mempunyai dampak yang cukup mengerikan. Tak sedikit peristiwa kecelakaan maut di sebabkan oleh kegiatan karya wisata ini, banyak unsur yang menjadi penyebabnya. Faktor kelalaian manusia merupakan sumber terbesar penyebab terjadi nya kecelakaan. Seperti kelalaian persiapan mesin kendaraan yang belum terkontrol sepenuhnya sebelum pemberangkatan. Banyak pihak yang mengesampingkan pentingnya uji kelayakan kendaraan, padahal hal ini adalah bagian terpenting. Pihak dari pemilik bis juga menjadi penanggung jawab besar terkadang mereka ingin mendapatkan keuntungan besar tetapi melalaikan kelayakan mesin kendaraan. Lalu, kelalaian pada sopir yang tidak memenuhi kecukupan istirahat sebelum mengemudi, melanggar lalu lintas, dan sebagainya.
Kecelakaan akibat kegiatan study tour sudah tidak asing, bahkan hampir setiap tahun ada korban jiwa. Contohnya pada kamis (9/1/2024) asal sekolah SMAN 1 Sidoarjo mengalami kecelakaan di tol Solo Ngawi, Jawa Timur. Dua orang meninggal dunia dan tiga lainnya luka-luka akibat kecelakaan tersebut. Kemudian, yang sedang ramai diperbincangkan publik asal sekolah SMK Lingga Kencana Depok pada Sabtu (11/5/2024) di Ciater, Subang. Sebelas orang meningga dunia diantaranya adalah siswa, 1 orang guru, dan satu pengendara motor.
Tidak ada yang tahu akan musibah. Tetapi saat terjadi musibah, hal ini perlu menjadi bahan evaluasi semua pihak. Ketika ada insiden kecelakaan pada kegiatan study tour, seharusnya bukan study tour nya yang menjadi sorotan atau harus di berhentikan. Tetapi harus di evaluasi apa masalahnya dan bagaimana cara mengatasinya. Pihak sekolah harus merancang dan merencanakan study tour dengan sematang mungkin. Tempat yang dikunjungi sebenarnya tidak perlu jauh, yang terpenting mengandung edukasi di dalamnya. Sehingga mungkin akan meminimalisir biaya yang rentan mahal. Dan kendaraan yang digunakan untuk study tour harus benar-benar layak, dan lolos uji/pemeriksaan teknis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H