Mohon tunggu...
Fatimah Arum Utari
Fatimah Arum Utari Mohon Tunggu... -

Belajar. Menerima kritik dan saran.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

TVRI Lokal Perlu "Disegarkan"

17 November 2016   06:54 Diperbarui: 17 November 2016   15:12 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua masyarakat Indonesia mengetahui TVRI, stasiun televisi pertama Indonesia dan resmi milik negara yang telah tersebar di seluruh Indonesia. Stasiun Televisi tersebut kini tengah meresahkan eksistensinya di dunia penyiaran. Berbagai permasalahan mengancam kelangsungan hidup stasiun yang memiliki stasiun lokal di seluruh penjuru Indonesia, salah satunya Stasiun TVRI Lokal Jogja. Permasalahan internal membawa dampak ke publik dan menimbulkan masalah eksternal bagi TVRI Jogja.

Dokumentasi pribadi - diambil oleh Vina
Dokumentasi pribadi - diambil oleh Vina
Dalam kunjungan saya dengan rekan mahasiswa, salah satu pegawai TVRI Jogja mengungkapkan masalah internal yang terjadi, yaitu masalah dana operasional. Terbatasnya dana operasional yang bersumber dari APBN dan iklan menjadi pokok permasalahan mereka dalam memproduksi program televisi. Terbatasnya dana dari pemerintah membuat Stasiun TVRI Jogja tidak mampu menggunakan peralatan yang memadai. Beliau menyatakan, kamera dan pemancar yang menjadi alat utama dalam stasiun mereka, bukanlah standar yang seharusnya digunakan di dunia penyiaran pertelevisian. Permasalahan tersebut juga terjadi di peralatan lain dan juga di Stasiun TVRI lokal di daerah lain. Selain peralatan yang belum memadai, sebuah studio juga menjadi salah satu dampak terbatasnya dana operasional. Menfaatkan dana seadanya, para crew menyeting studio mereka sesuai dengan tema program televisi yang hasilnya juga apa adanya.

Permasalahan internal lainnya yaitu masalah sumber daya manusia stasiun tersebut. Sebuah fakta yaitu karyawan di TVRI Jogja sudah tidak produktif lagi karena mayoritas pegawainya sudah berusia tua. Saya melihat sendiri karyawan yang sedang bekerja sudah berusia sekitar 50 tahunan. Ketidakproduktifan tersebut membuat program-program yang ditayangkan cenderung kurang menarik dan sering kali hanya me-relay tayangan dari stasiun pusat. 

TVRI pusat seharusnya perlu melakukan rekrutmen yang mendatangkan karyawan-karyawan muda yang kreatif dan inovatif sehingga dapat menciptakan program televisi yang menarik bagi publik. Pegawai TVRI dalam penuturannya menyatakan bahwa penyebab dari karyawan Stasiun TVRI mayoritas telah berusia tua karena adanya pembatasan rekrutmen karyawan oleh pemerintah dikarenakan anggaran untuk menggaji karyawan sangat terbatas sehingga tidak ada regenerasi.

Permasalahan internal tersebut menimbulkan pandangan negatif pada Stasiun TVRI oleh publik. Program yang ditayangkan kurang menarik dan kualitas gambar yang buruk adalah stigma publik terhadap TVRI. Hal tersebut membuat penonton menjadi tidak tertarik dan beralih pada channel lain yang lebih baik. Selain itu, pemasang iklan yang mampu membantu modal operasional menjadi sedikit. Ya, meskipun TVRI adalah stasiun televisi milik pemerintah yang tidak berorientasi pada keuntungan, dibutuhkan juga pemasang-pemasang iklan yang dapat  mendukung agar TVRI tetap eksis dan jaya. 

TVRI penting karena pemerintah mampu menyebarluaskan segala informasi, memperkuat integrasi bangsa dan menjadi media masyarakat melestarikan budaya lokal mereka melalui TVRI. Dengan mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada, sebagai warga negara Indonesia yang mencintai negaranya marilah kita dukung agar TVRI tetap eksis di dunia penyiaran Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun