Sering saya jumpai ketika di dalam sebuah forum sharing, diskusi, rapat atau seminar hadir suasana canggung dan bingung saat pertanyaan ini muncul.
“Ada yang ingin menyampaikan opini?”
“Ada yang punya pendapat lain?”
“Ada yang ingin memberikan tanggapan?”
Seketika semua orang diam atau sok sibuk dan berlagak tak mendengar pertanyaan tersebut. Kebingungan dan kecemasan langsung tampak pada wajah moderator yang berusaha untuk memancing audience agar menyampaikan pendapat atau sekedar bertanya demi menghidupkan acara. Memang di beberapa forum ada orang yang cepat dan sigap mengangkat tangan untuk menyampaikan gagasan atau mengajukan pertanyaan.
Namun, jumlah yang hanya duduk, diam, mendengarakan, mangguk-mangguk dan pulang lebih banyak dari itu. Padahal sikap diam mereka sulit diartikan. Bisa saja orang itu benar-benar paham dan bisa juga orang itu hanya pura-pura mendengarkan, memahami, dan paham tapi sebenarnya dirinya sedang berpikir ngelantur keluar dari topic pembahasan forum. Kemudian forum tersebut menjadi tidak bermanfaat dan buang-buang waktu saja.
Audience yang aktif mengutarakan sebuah pendapat atau bertanya tentang hal yang belum dipahami sangat penting terutama dalam forum rapat atau musyawarah yang membutuhkan banyak aspirasi sebagai bahan pertimbangan untuk sampai pada mufakat. Sering kali moderator menjadi jengkel karena tidak ada bahan yang harus didiskusikan dan diperdebatkan dalam rapat akibat audience yang pasif.Alhasil keputusan diambil berdasarkan gagasan segelintir orang karena banyak sekali yang hanya berkata, “Ngikut aja dah” atau “terserah kalian sajalah”.
Sebenarnya apa yang menyebabkan audience cenderung pasif? Beberapa ulasan dari saya, masalah ini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor. Kepekaan terhadap permasalahan kurang sehingga banyak sekali audience yang tidak memahami secara utuh permasalahan dibahas dalam forum. Daya Analisis dan berpikir kritis kurang yang mengakibatkan audience tidak dapat mengutak-atik permasalahan secara detail untuk mendapatkan solusi. Intuisi kurang sehingga lama sekali untuk berpikir.
Tidak terbiasa berpikir masalah yang kompleks sehingga tidak terlatih untuk berproses memcahkan masalah. Kurang pengalaman sehingga tidak ada bayangan yang mendukung proses berpikir dan pencarian solusi. Kurang wawasan yang mengakibatkan audience berpikiran sempit dan lebih banyak hal yang tidak tahu harus dibagaimanakan. Tidak percaya diri. Beberapa orang memiliki gagasan bagus namun terpendam akibat kalah oleh rasa kurang percaya diri.
Jarang berdiskusi atau sharing menyebabkan kemampuan memahami sesuatu menjadi kurang dan juga pikiran menjadi sempit atau tertutup. Menutup diri dan bersikap tak acuh menyebabkan audience tidak pernah ingin melibatkan diri dalam suatu proses pemecahan masalah. Daya kreativitas kurang sehingga sering sekali sulit menemukan sebuah solusi kerena kemampuan berpikir out of the box kurang.
Itulah beberapa hal yang menyebabkan krisis opini yang sedang melanda Indonesia versi saya. Penyebab-penyebab tersebut berdasarkan dari pengamatan yang saya lakukan. Merujuk pada penyebab di atas, beberapa solusi saya berikan, sebaiknya audiens bisa membuka diri dan pikiran agar lebih peka dan melatih sensitifitas diri akan permasalahan sosial di sekitar.
Membaca buku dan update info seputar problematika yang ada di masyarakat sehingga wawasan menjadi luas. Berusaha untuk terlibat dalam proses pemecahan masalah agar terlatih berpikir mencari solusi dan berpengalaman. Sering ikut diskusi dan sharing agar terlatih untuk lebih mudah memahami sesuatu dan mendapat pengalaman dari orang lain sebagai gambaran. Tingkatkan kepercayaan diri agar proses penyampaian pendapat dapat terlaksana dengan baik. Mengasah pikiran untuk berpikir out of the box demi sebuah solusi. Lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Berpikirlah dan pecahkan masalah dengan opini dalam diri. Kita beruntung hidup dalam demokrasi semua bebas menyampaikan aspirasi. Jadi jangan biarkan perjuangan memerdekakan suara rakyat menjadi sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H