Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Timnas Sudah Ketinggalan...?

26 November 2014   03:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:50 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Setelah berakhirnya pertandingan Timnas Senior garuda kontra dgnPhilipna di Group A dgn skor yg saya masih tdk percaya 4-0, berat badan saya utk bangkit dari kursi utk siap2 ibadah sholat Maghrib. Selama pertemuan ke dua kesebelasan Timnas ini, Indonesia lebih 90% selalu menang dan tanpa pernah kalah dgn sisanya berakhir seri.

Utk pertama kalinya Philipina memutus mata rantai yg tdk pernah menang lawan Indonesia. Dan inilah akhirnya, Philipina dgn 90% pemain naturalisai 10 negara berhasil "membully" timnas kita dgn skor yg sangat mencolok, 4-0 tanpa balas. Permainan Timnas Garuda yg jauh dari sepak bola modern dari timnas negara2 Asean lainnya.
Lantas, apa yg salah dan keliru dari racikkan Coach Opa riedl....??
Ataukah tata kelola Liga Indonesia yg "terjegger" di dunia ini yg keliru...??
Atau mungkin jg rekrutan pemain2 lawas bin uzur....??
Atau........??

Saya melihatnya jelas yg pangkal utama itu adalah dari tata kelola liga Indonesia. Jadwal liga yg sangat panjang (konon sedunia) membuat pemain seolah2 tdk mempunyai "energi" yg militan dalam mengatur serangan. Boleh dikatakan Peak-performencenya sudah menurun setelah melewati semi final dan final ISL yg lalu.

Berikutnya, rekrutan pemain lawas bin uzur yg masih dipertahankan. Padahal sudah nota bene, masih banyak pemain2 muda lainnya yg dibawah 27 tahun yg masih bagus dan militan. Ya, seharusnya semua pemain inti Timnas harusnya usia dibawah 27-28 thn.
Coach riedl pun sudah tahu masih banyak pemain2 lain yg masih bermutu utk dibawa ke ajang AFF 2014 ini. Katakanlah pemain2 mutiara hitam dari Papua sana. Kalau berani harusnya 50 % dihuni oleh mereka. Boaz kalau tandemnya itu dari pemain persipura akan lebih hidup dan mematikan bek2 lawan di  pertahanannya.
Konon pemain2 Thailand pun akan letoy jadinya kalau berhadapan dgn pemain2 mutiara hitam bumi Papua (persipura).
Tapi dgn masih egoisnya pelatih ini, terpaksa mempertahankan pemain2 lama yg dijadikan sbg line-up starter. Yg nota bene pula lebih dominan dari Jawa smua. Tidak merata dari komposisinya dari Sumatra sampai ke Papua.
Selanjutnya, masa berkumpul dan karantina yg boleh dikatakan sangt minim berkisar sekitar 10 hari jelas sekali tidak ideal utk membangun suatu tim yg solid dan padu. Uji coba yg hanya 2 x tdk banyak membawa manfaat. Harusnya ada uji tanding minimal sebanyak 4 kali. Dan masa persiapan idealnya minimal 1 bln.
Sudah jelas seorang pelatih pun berpikir, ini tidak ideal dlm membangun Timnas yg baik. Coach Riedl pun memang selalu menyampaikan yg realistis dan tdk muluk2. Bahwa kompetisi liga yg sangat panjang dan ditambah dgn libur kompetisi dari perhelatan Pileg dan Pilpres membuat persiapan Timnas tidak maksimal.

Jadinya, Coach Riedl pun seolah2 "asal jadi" meracik strategi permainan. Coach riedl pun ibarat melakukan "berjudi" yg tanggung dalam menentukan pemain dan strateginya. Terlihat sekali sewaktu melawan Vietnam. Dan dilanjutkan jg dgn Philipina sepanjang babak pertama. Pada babak ke dua permainan sedikit mulai hidup dgn bangunan serangan dari lini tengah. Mulai berani mengatur serangan. Dan inilah ciri khas permainan Timnas sebenarya yg tdk nampak saat melawan Vietnam dan Philipina di babak pertama.

JAdi, PSSI sudah harus bertanggung jawab atas kebijakan2nya selama ini. Terutama Ketua BTN yg mengatur semua teknis tata kelola Liga Indonesia. Akan lebih terhormat petinggi2 PSSI ini mundur lebih cepat. Dan segera mengadakan Kongres. Tidak ada mutu kwalitas dari kue prestasi yg dihasilkan dari "pabrik" PSSIsaat  ini.

Kalau pun kue prestasi itu ada memang dari U-19 lah yg berhasil menjadi Jawara AFF U-19. Tetapi rekrutan pemain dan pelatih bukanlah hasil dari produk baru pasca KLB PSSI. Yg akhirnya memang dilanjutkan jg oleh PSSI pasca KLB. Itu pun syukur sebelumnya Mr. Blanco menolak menangani Timnas U-19. Yg pd awalnya Blanco ttp ngotot melatih Timnas senior. Yg akhirnya ditolak oleh PSSI.

Akhirnya, harus ada Evaluasi Total dari kepengurusan yg "terjegger" ini. Yg selanjutnya Revolusi Mental yg perlu diterapkan utk bangunan PSSI yg baru dan kokoh yg diharapkan. Tahan dan kuat sampai ke liga kasta terendah. Sehingga menghasilkan "roh" yg baru buat kemajuan Timnas kedepannya.
Jangan sampai Timnas Garuda jadi ketinggalan dari segala aspek !!!

Salam Gigit Jari.......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun