Tuntas sudah Timnas Indonesia mengikuti ajang AFF 2014 di Vietnam. Dengan hasil yg sangat jauh diharapkan Timnas pulang dgn nilai hambar alias tdk "troso". Berposisi di nomor urut 3 setidaknya timnas tdk di juru kunci. Bila tidak terpaksa harus melewati babak pra-kualifikasi.
Ada yg salah...??
Jawabannya "YA".
Ada yg keliru dan ragunya seorang pelatih kaliber dunia (meminjam istilah Uda Manly Villa) dalam meracik strategi dari menyerang dan bertahan. Kalau tidak dikatakan Skeptis. Artinya, ragu2 tetapi tidak terlalu yakin tetapi masih tetap menjalankan pola strateginya.
Di mulai dari terapan bola2 long-pass / dirrect langsung ke depan (target man), jelas sangat monoton sekali dlm membangun serangan di era sepak bola modern.
Beruntung di laga akhir Timnas bisa melumat Laos dgn skor telak 5-1 dgn jumlah pemain 10. Tetapi melihat racikan strategi dgn bermain bola2 pendek dn cepat, Timnas bisa menekan Laos sampai menit 30 dn telah memasukkan 2 gol. Meskipun ada insiden kartu merah yg di dapat Supardi, tetapi teknik dan militansi bermain yg tinggi Timnas masih bisa menambah pundi2 gol ke gawang Laos.
Ini telah memperlihatkan kpd kita bahwa militani pemain2 muda kita ternyata mampu menjawab semuanya. Berbeda jauh dgn pemain yg 30+ yg sudah sedikit letoy utk bermain cepat dgn pola bola2 pendek.
Kalau melihat demikian ini artinya jelas kita melihat bangkitnya "ruh" permainan Timnas. Yg membuat permainan hidup itu adalah sesosok pemain belia yg sebelumnya tetap dibangku cadangan, yakni Evan Dimas Darmono. Dialah sosok yg membuat lini tengah hidup dan menjadi kuat serta bisa mengatur ritme permainan.
Seorang yg sangat belia bisa mendikte permainan Timnas Laos yg kebanyakan di huni skuad usia 21- 25. Ini artinya, bahwa Evan tdk dilihat dari segi mudanya, tapi dari visi dn misi bermainnya sangat kentara dan tdk dimiliki oleh gelandang serang di Timnas senior. Drible dan gocekkannya di awal gol pembuka sangat jelas pemain ini tidak kikuk / nervous. Begitu jg 1 assist yg melahirkan gol ke tiga.
Tetapi, kenapa Mr. Riedl tdk berani memasukkan Evan sewaktu tertinggal 2 gol laga dgn Philipina ?? Di sinilah pokok krusialnya. Riedl nampak skeptis. Jelas sekali lini tengah saat itu tdk ada sama sekali membangun serangan dan mengatur serangan. Harus ada kreator serangan yg betul2 bisa menguasai lini tengah. Tetapi jelas tidak ada sama sekali yg bisa berbuat.
Kalau lah Evan dimas dimasukkan saat tertinggal 2 gol, kemungkinan skor seri pun bisa terjadi. Gaya bermainnya dan pandai mengatur serangan dan umpan2 yg akurasinya terbilang oke banget akan membuat striker dimanjakan dgn umpan2 baik itu crossing ataupun logn-pass. Belum lagi bila Evan ikut menusuk ke dalam kotak penalty akan membuat pertahanan Philipina jadi porak poranda.
Mr. Riedl, sebenarnya anda sudah tahu bhwa Evan Dimas itu mempunyai skill yg lain yg tdk dimiliki oleh pemain tengah/ gelandang serang. Harusnya Evan dimainkan sewaktu lawan Philipina. Sebab Evan ini cerdas dlm melakukan reposisi utk mengatur arah bola.
Terlihat sekali sewaktu melawan Laos, ternyata lawan sudah tahu siap kreator serangan dari Timnas indonesia. Maka Evan selalu dijaga ketat. Sehingga kartu kuning lahir utk Laos akibat pelanggaran berkali2 yg dilakukan oleh bek lawan terhadap Evan Dimas.
Sayang ..sangat disayangkan dn nasi telah menjadi bubur ayam.
Mungkin aku harapkan sedikit secarik surat dari anda utk calon pemainkepada pelatih Timnas, siapa2 saja pemain muda yg bisa dipertahankan di Timnas selanjutnya. Jika anda tdk berani mengatakan secara langsung. Artinya jika anda sudah pulkam, dan tetap mau mengikuti perkembangan Timnas Indonesia seterusnya, setidaknya anda bisa memberikan masukkan kpd pelatih Timnas akan datang.
Karena bagaimana pun jg anda memang sedikit banyaknya telah pernah membawa Timnas hampir "juara" saat 2010 yg lalu. Dan jg membuat pemain menjadi disiplin. Saya tahu bhwa anda jg sudah mencintai Indonesia, tetapi dgn kompetisi yg amburadul membuat anda jadi serba salah alias skeptis.
Thaks Mr Riedl.
Godluck Timnas utk periodesasi selanjutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI