Berbicara tentang transaksi non tunai, tentu kita mengetahui yang namanya transaksi uang bukan cash/kontan. Transaksi demikian dikenal dengan transaksi elektronik. Penggunaannya bisa lewat kartu ATM, kartu kredit, alat gesek EDC, internet banking, atau e-money lainnya.
Transaksi-transaksi elektronik itu memang tidak lepas dari jaringan kemajuan teknologi dan informasi (IT). Dibandingkan dengan beberapa dasawarsa yang lalu, masyarakat mencairkan uang harus ke kantor pos terdekat atau mengantri di bank. Hal ini tentu akan banyak menyita waktu dan energy.
Saya pun jadi teringat era 90-an, ketika menerima kiriman uang lewat wessel pos dari saudara. Untuk mencairkannya tentu pergi ke kantor pos yang tak jauh dari rumah. Dan antrian pun sangat banyak. Maklum dikarenakan kondisi mau lebaran ketika itu…..hehehe…bukan ‘lebaran kuda’ ya…seperti pameo yang beredar akhir-akhir ini.
“Uang elektronik (e-money) ini adalah pencairan yang paling aman. Cukup gunakan perlengkapan aplikasi teknologi baik smartphone atau gadget dalam system pembayaran”, demikian yang disampaikan oleh Bapak Difi A Johansyah Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara dalam acara Goes to Kampus bersama Bank Indonesia (BI) di ruang Auditorium Universitas Sumatera Utara (USU) pada tanggal 17 November 2016. Dengan tema Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).
Hadir juga sebagai pembicara lain, Direktur Departemen Kebijakan dan System Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia, Ibu Farida Perangin-Angin, Perwakilan Divisi E-Banking BNI, Ibu Dyah Permata Widyastuti, Marketing Manager e-commerce Asia, Bapak Joddy W Kusumo. Serta Iskandar Zulkarnaen (Isjet) dari Kompasiana dan Thomas Herda sebagai Producer Net Tv Citizen Journalist.
Suatu hal yang pasti, sejak dicanangkannya GNNT ini dua tahun yang lalu, oleh Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo tepatnya 14 Agustus 2014 yang lalu, sampai sekarang pertumbuhan transaksi non tunai masyarakat Indonesia masih relative rendah dibandingkan dengan Negara-negara tetangga (ASEAN). (sumber)
"Sekitar 95% masyarakat Indoensia masih menggunakan transaksi cash money. Artinya masyarakat masih terbiasa menggunakan uang cash dalam transaksi sehari-hari", ujar Ibu Farida Perangin-Angin dalam eksposenya tentang 'smart money wave'.
Memang hal demikian wajar, karena baru berjalan dua tahun. Meskipun begitu, satu sisi penggunaan internet di Indonesia boleh dikatakan naik trafiknya. Berdasrkan suatu rilis survey oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia) survei yang dilakukan sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet. Adapun total penduduk Indonesia sendiri sebanyak 256,2 juta orang. Hasil yang sungguh besar ini, tentu suatu nilai yang sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi ke depannya dalam bidang e-commerce. (sumber)