Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Bagian ke 4] Catatan Perjalanan Relawan, Evakuasi dan Cerita Marinir

3 Januari 2022   06:00 Diperbarui: 4 Januari 2022   23:25 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil truk dari PMI membawa mayat-mayat ke lokasi kuburan massal. (Dok. Firdaus Tanjung)

Ketika kami baru sampai, akses jalan terutama jalan utama sudah dibersihkan dari puing-puing bangunan. Seperti jalan Teuku Umar, Cut Nyak Dien, jalan menuju kantor Bupati Meulaboh dan jalan ke rumah sakit.

Dengan begitu pergerakan kendaraan jadi mudah dilalui. Meski beberapa lokasi jalan masih banyak yang belum dibersihkan.

Begitu juga dengan saluran telekomunikasi sudah pulih. Warga dan para relawan dapat menggunakannya di kantor Bupati Meulaboh.

Telkom berhasil dengan cepat memulihkan jaringan telpon. Meskipun masih terbatas karena menggunakan jaringan telepon satelit (non-wire) untuk sementara waktu.

Disamping itu provider celluler juga memberikan akses nelpon gratis buat para relawan. Tapi dapat digunakan di waktu malam sampai pagi.

Menjelang tengah hari atau sebelum sore, beberapa relawan ditugaskan untuk survey pendataan. Selebihnya membenahi posko dan melanjutkan pekerjaan lainnya.

Tim dapur relawan Kota Padang (RKP) sedang mempersiapkan makan siang (Dok. Firdaus Tanjung)
Tim dapur relawan Kota Padang (RKP) sedang mempersiapkan makan siang (Dok. Firdaus Tanjung)

Untuk pendataan dibagi dua kelompok. Pertama mencari informasi titik lokasi pengungsi, dan ke dua menyisir lokasi yang diduga kuat masih terdapat mayat-mayat dalam puing reruntuhan bangunan.

Kisah Seorang Marinir yang Selamat.

Penulis masuk ke dalam kelompok mencari titik lokasi mayat. Kami pun menyisir lokasi yang tak jauh dari posko relawan RKP.

Menurut cerita seorang personel TNI-AL yang selamat dari gempa dan tsunami, sebagian besar mayat-mayat sudah banyak yang dievakuasi dan dikuburkan. Namun, beberapa kawasan masih banyak yang tertimbun bangunan.

Seorang marinir (kiri) menceritakan kisahnya saat sebelum dan sesudah gempa dan tsunami di sela-sela reruntuhan puing bangunan (dok. F. Tanjung)
Seorang marinir (kiri) menceritakan kisahnya saat sebelum dan sesudah gempa dan tsunami di sela-sela reruntuhan puing bangunan (dok. F. Tanjung)

Tentara ini ikut membantu menemani kami dalam survey. Ia menceritakan sebelum terjadi gempa dan tsunami, dirinya lagi berada di asrama. Beliau dan rekan-rekannya tengah istirahat sehabis aktivitas rutin. Tidak membayangkan gempa dahsyat itu terjadi.

Gempa pun mengguncang Bumi Serambi Mekah ini. Semua warga panic tapi tidak bisa berlari. Bila pun bisa bakalan tidak akan jauh. Pasti dibuat jatuh. Karena gempa sangat kuat membuat bumi seperti berayun-ayun.

Mereka hanya bisa bertahan di tempat. Ada yang dibuat berguling. Seketika bangunan banyak yang runtuh.

Salah satu kawasan permukiman penduduk di Ujung Kalak, Meulaboh yang rata tanah akibat gempa dan tsunami (dok. Firdaus Tanjung)
Salah satu kawasan permukiman penduduk di Ujung Kalak, Meulaboh yang rata tanah akibat gempa dan tsunami (dok. Firdaus Tanjung)

Rentang durasi gempa cukup lama. Menurutnya, mungkin lebih dari 5 menit. Gempa berskala 8,9 SR itu (sumber lain menyebut 9,1 SR) dengan cepat meruntuhkan dan meratakan bangunan.

Kemudian tentara tersebut dengan reflek berpegangan di tanaman merambat. Tak henti-hentinya ia istighfar dan dzikir. Betul-betul berasa seperti kiamat.

Sampai gempa reda, ia merasakan pusing. Penulis lupa nama personil tentara tersebut. Dia melihat ada rekannya tertimpa bangunan. Dan segera memberikan pertolongan.

Tak lama, air laut mulai surut. Awalnya perlahan lalu bergerak cepat ke tengah. Fenomena alam ini banyak warga yang tidak tahu bahwa bakalan datang gelombang yang akan meluluhlantakkan Aceh.

Setelah air laut surut cukup jauh, ada yang menyebut sekitar 1 km lebih. Disini terlihat dasar laut yang berisi ikan-ikan. Warga yang selamat di pinggir pantai mencoba mengambil ikan-ikan tersebut.

Tidak lama kemudian berselang 15-20 menit, air laut dengan cepat kembali bergerak balik ke daratan. Tsunami pun datang.

Sudah bisa dibayangkan bukan? Warga yang tengah mencoba mengumpulkan ikan itu tidak bisa menyelamatkan diri. Tersapu gelombang tsunami.

Ada dua gelombang tsunami. Pertama, gelombang yang menerjang daratan tingginya sekitar 5 meter lebih. Ada juga yang menyebut 8-10 meter. Melihat itu warga berusaha lari menyelamatkan diri.

Banyak diantaranya tersapu gelombang tsunami yang pertama ini. Bagi yang selamat mereka memanjat pohon. Ada yang naik ke atas atap rumah atau ke lantai dua rumah. Tidak sedikit yang berada di menara tower milik Telkom.

Penulis di dekat tumpukan mayat yang telah di evakuasi. Di belakang terlihat kantor Telkom dengan tower menaranya (dok Firdaus Tanjung)
Penulis di dekat tumpukan mayat yang telah di evakuasi. Di belakang terlihat kantor Telkom dengan tower menaranya (dok Firdaus Tanjung)

Tidak saja manusia, hewan seperti kucing pun juga berhasil menyelamatkan dirinya. Ya, diantara kebanyakan hewan di darat , yang berhasil menyelamatkan dirinya adalah kucing.

Mungkin dikarenakan punya lari yang cepat dan mampu memanjat pohon dan atap rumah. Memang terlihat rerata kucing itu bertengger di atas pohon, seperti pohon kelapa. Itu kesaksian warga lain yang selamat.

Tak lama berselang hanya sekian menit saja jaraknya dari gelombang pertama. Lalu datanglah gelombang tsunami yang ke dua. Gelombang inilah dikatakan gelombang yang mematikan.

Tinggi gelombang ini diperkirakan lebih tinggi dari pohon kelapa. Diperkirakan ada sekitar 15-20 meter. Bahkan lebih lagi menurut seorang warga lainnya yang selamat.

Teriakan warga yang ketakutan segera berlari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. Bagi yang kalah cepat dengan tsunami tersapu langsung. Bahkan yang membawa mobil untuk menyelamatkan diri tidak bisa berbuat apa-apa tatkala tsunami sudah membawa hanyut mobilnya.

Tsunami yang datang saat mendekat ke daratan suaranya seperti menderu-deru. Airnya berwarna kehitaman.

Tentara ini ikut terbawa hanyut bersama warga lainnya. Ia tak tahu lagi keberadaan rekan-rekannya. Markas Makorem 012 dan sekitarnya di dekat pantai rata seketika. Hanya menyisakan satu gedung Makorem sebagai saksi bisu.

Penulis di kawasan Makorem 012 Meulaboh yang rata tanah. Hanya menyisakan satu gedung kantor. (dok. Firdaus Tanjung)
Penulis di kawasan Makorem 012 Meulaboh yang rata tanah. Hanya menyisakan satu gedung kantor. (dok. Firdaus Tanjung)

"Alhamdulillah Mas, saya selamat. Saya berusaha mempertahankan diri dengan memeluk balok kayu", begitu ceritanya kepada penulis. Ia hanyut ratusan meter jauhnya.

Hantaman puing-puing reruntuhan bangunan tidak ia pedulikan lagi. Beberapa bagian tubuhnya banyak yang terluka.

Sampailah beliau di suatu tepi bangunan. Dengan cepat ia pun berusaha memanjatnya untuk mencapai atas bangunan rumah. Aksi awalnya sempat gagal. Karena air laut yang terus bergerak. Akhirnya usaha beliau berhasil.

Lalu diceritakan bahwa ia telah bertunangan dengan seorang gadis Aceh. Rencananya akan menikah di bulan depan. Tapi sayangnya, tunangannya meninggal juga ketika lokasi rumahnya disapu tsunami.

Dan mayatnya tidak ditemukan. Entah mungkin sudah dievakuasi dan dikuburkan. Tidak sedikit juga warga Meulaboh yang lain mengalami hal serupa seperti tentara tersebut.

(Semoga bapak marinir tersebut mendapatkan pengganti jodohnya dan hidup bahagia)

Evakuasi Mayat.

Setelah mendapatkan data-data sementara, para relawan malamnya kembali membahas rencana untuk esok harinya. Yaitu melanjutkan distribusi logistic dan evakuasi mayat.

Beberapa kantong plastic telah dipersiapkan termasuk kantong mayat yang diberikan oleh PMI ketika timnya bertemu dengan relawan RKP. Ada beberapa bungkus yang diberikan.

Relawan RKP pergi survey pendataan di Meulaboh. (Dok. Firdaus Tanjung)
Relawan RKP pergi survey pendataan di Meulaboh. (Dok. Firdaus Tanjung)

Esoknya sesudah sarapan bergerak ke titik lokasi yang telah ditandai dengan kain berwarna merah. Kawasan pertama yang disisir adalah di Ujung Kalak. Masih banyak ditemukan mayat yang tertimbun puing bangunan.

Cukup sulit untuk membongkar reruntuhan bangunan. Namun dengan kerja keras, akhirnya beberapa mayat yang ditemukan berhasil dievakuasi. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong mayat.

Sebagian tim relawan RKP dalam persiapan evakuasi mayat di Meulaboh (Dok. Firdaus Tanjung)
Sebagian tim relawan RKP dalam persiapan evakuasi mayat di Meulaboh (Dok. Firdaus Tanjung)

Kondisi mayat memang sudah tak berbentuk. Kebanyakan tinggal kerangka. Ada juga sekedar daging pembungkus tulang. Dilokasi lain kami juga menemukan mayat seorang ibu lagi memeluk anaknya. Sungguh sedih melihat fakta ini.

Pendeknya beragam kondisi mayat kami saksikan. Jelas pemandangan yang sangat trenyuh. Dan hal ini baru pertama kali dalam seumur hidup kami menyaksikan dan ikut mengevakuasi mayat.

Proses evaukasi mayat di salah satu kawasan di Meulaboh. (Dok. Firdaus Tanjung)
Proses evaukasi mayat di salah satu kawasan di Meulaboh. (Dok. Firdaus Tanjung)

Beberapa mayat yang telah dievakuasi itu di bawa ke tepi jalan. Sesuai permintaan dari PMI, dimana kami hanya cukup membawa mayat-mayat ke tepi jalan. Nanti akan ada mobil truk PMI yang membawanya ke kuburan massal.

Mobil truk dari PMI membawa mayat-mayat ke lokasi kuburan massal. (Dok. Firdaus Tanjung)
Mobil truk dari PMI membawa mayat-mayat ke lokasi kuburan massal. (Dok. Firdaus Tanjung)

Mayat-mayat itu dikuburkan secara massal yang lokasinya di dekat pantai. Atau dekat kawasan Makorem 012 Meulaboh.

Kuburan massal korban gempa dan tsunami Aceh. Lokasi berada dekat pantai tidak jauh dari Makorem 012 (Dok. Firdaus Tanjung)
Kuburan massal korban gempa dan tsunami Aceh. Lokasi berada dekat pantai tidak jauh dari Makorem 012 (Dok. Firdaus Tanjung)

Bila mayat sangat sulit di evakuasi kami memberikan tanda kain berwarna merah. Kemudian memberitahukan ke petugas alat berat excavator yang saat itu tengah bekerja.

Keberadaan excavator itu jelas sangat membantu dalam proses evakuasi mayat. Tidak saja memebersihkan puing bangunan tapi juga sebagai membuka akses jalan.

Alat berat excavator sedang memindahkan puing bangunan ke dalam truk. (Dok. Firdaus Tanjung)
Alat berat excavator sedang memindahkan puing bangunan ke dalam truk. (Dok. Firdaus Tanjung)
Kami pun bergerak ke arah pusat Pasar Meulaboh. Kawasan ini sebagian besar bangunan masih terlihat berdiri. Tapi reruntuhan material yang hanyut terbawa tsunami masih menumpuk. Beruntung akses jalan sudah di bersihkan.

Cukup banyak mayat ditemukan disekitar sini. Untuk meredam bau mayat kami menyediakan dua macam cairan, yaitu alkohol dan cairan pewangi.

Tidak sedikit area sulit diterobos para relawan. Seperti mengangkut mayat menyeberangi parit di titian balok kayu. Ada juga masuk ke dalam bangunan yang miring untuk mengambil mayat.

Para relawan menerapkan safety tinggi dalam melakukan evakuasi mayat. Seperti memakai sarung tangan plastic, masker berlapis, ada juga pakai kaca mata. Dan kepala ditutupi dengan topi.

Ya, menurut medis, cairan yang keluar dari tubuh mayat bisa membahayakan bagi tim evakuasi. Bila kena pada bagian tubuh harus segera dicuci dengan sabun /deterjen. Bagi yang ada mengidap alergi kulit sangat dilarang untuk ikut evakuasi mayat. Resikonya sangat tinggi.

Ada pun total mayat yang di evakuasi dalam catatan penulis, sekitar 140 lebih kantong mayat. Dilakukan selama 6 hari. Masih banyak yang belum di evakuasi. Dikarenakan seperti tumpukan puing bangunan yang banyak, jalur jalan yang belum dibersihkan, dan keterbatasan alat berat excavator.

Salah satu sudut kawasan permukiman yang belum dibersihkan dari puing bangunan (Dok. Firdaus Tanjung)
Salah satu sudut kawasan permukiman yang belum dibersihkan dari puing bangunan (Dok. Firdaus Tanjung)

Sungguh perjuangan tidak mengenal kata lelah. Semangat jiwa muda jelas sangat mempengaruhi militannya para relawan. Bahkan cewek pun ikut mengevakuasi mayat.

Tidak sedikit diitemukan barang berharga seperti cincin emas, kalung dan gelang di tubuh mayat. Kami mengumpulkannya dan seterusnya diserahkan ke pihak PMI dan Ormas keagamaan. Hal itu sudah diputuskan sebelum berangkat ke Meulaboh. Dan dibahas kembali saat briefing sebelum evakuasi mayat. 

(( BERSAMBUNG ))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun