Nun di sana
menjuntai urat-urat
antara kecamuk dan torehan
Disini sekat-sekat
teruntai dalam derap
antara lilitan dan tuntutan
Pada momennya...
dilumuri tetesan akal dan perasaan
antara gempita, nyanyian sindiran
Saat angkasa menggelegar
lazuardi pun menunjukkan jati dirinya
cakrawala mendadak senyap
samudera pun diam
Merahnya terlihat jelas
pekat ...
Putihnya terpantul
berseri ...
Dalam untaian dan balutan
terpatri tonggak kokoh
yang sulit dirobohkan
Dia Sang Dwi Warna
yang mampu merobohkan
sekat-sekat dan lilitan
Saatnya menyimpan kecamuk
menorehkan lazuardi
merajut cakrawala
Tuk pekatnya Merah ...
dan bersinarnya Putih berseri
Dalam bangun jiwa dan raga
(Medan, 31 Agustus 2018)
Notes ; puisi ini dipersembahkan buat para atlet-atlet Indonesia yang berlaga di Asian Games 2018 dalam suasana konstelasi politik nasional yang meninggi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H