Di dalam navigasi darat akan ada peta dan kompas yang dijadikan pedoman di belantara hutan. Untuk itu maksimalkan dengan sebaik mungkin agar tidak tersesat. Dimana dan kemana arah kita tentu harus aman dan selamat sampai di tujuan. Â
Ungkapan kalimat di atas tentu tidak asing bagi orang yang hobi sebagai penggiat di alam bebas. Jika hal itu dihubungkan dengan membangun budaya literasi rasanya tidaklah berlebihan sebagai petunjuk arah.
Di dalam tulis menulis tentu ada pedoman dan rambu-rambu yang harus diikuti agar tulisan kita tidak melenceng. Peta dan kompas merupakan alat pedoman dan rambu yang dimaksud.
Menjalani serta menyalurkan bakat dan hobi sebagai penulis, kompasiana merupakan ajang berlatih, berbagi, dan koneksi dalam navigasi literasi.
Bagi saya bakat dan hobi menulis memang sejak lama sudah ada. Hanya saja tidak terlalu perhatian pada masa dulu. Kesibukan pekerjaan membuat waktu untuk menulis dengan fokus tidak berkelanjutan.
Berawal dari seorang ustadz /mubaligh yang menyuruh saya mencoba menulis artikel atau opini di kompasiana. Saat itu sekitar bulan tiga tahun 2013, penulis sedang menambah jaringan penguat sinyal internet di Masjid Mubarak, Medan.
Setelah selesai pemasangan penguat sinyal (access point to point), diskusi berlanjut membahas seputar literasi yang kebetulan saat itu sedang di bahas dalam program kerja pengurus masjid.
Pak Murtiono atau Murti Sufi nama di medsosnya memperkenalkan kepada saya suatu jejaring situs berbagi di kompasiana. Beliau juga members yang baru juga di kompasiana saat itu (sekarang tidak aktif).
Dua bulan kemudian, tepatnya tanggal 7 Mei 2013 penulis mendaftarkan diri di kompasiana. Apakah sudah ada artikel saya di bulan itu ? Jawabannya belum ada. Saya masih kebanyakan membaca ulasan-ulasan artikel di kompasiana.
Ibaratnya, penulis sedang observasi lapangan dari model dan gaya bentang alam tulisan. Maksudnya kira-kira topik wacana apa yang cocok saya bidik atau kemukakan. Saat itu berita sepakbola sedang lagi hangat-hangatnya di bentang laman kompasiana.
Sebagai orang yang juga hobi di sepakbola, maka saya memulai mencoba menulis di kanal bola kompasiana. Tetapi tulisan itu lebih bersifat komen semata saja seperti di fb, belum dalam bentuk utuh sebagaimana ulasan artikel pada umumnya. Lebih tepat dikatakan sebagai uji coba, apakah bisa posting atau tidak. Yang saat itu ternyata bisa di publish.